Kamis, Agustus 21, 2008

Perutku bolong

Duar bunyi senapan angin menghantam perutku yang sedikit membesar. Maklum baru siap makan. Paman ku bernama Firdaus, dalam kesahariankami memanggil Pak Daus. Ia berkata “paruik ang balubang” diulangi beberapa kali. Akupun terpaku ketakutan dan di dera kecemasan luar biasa. Seorang anak kecil yang belum mengetahui bagaimana perut sebenarnya bolong. Dengan tangan sambil memegang perut. Aku pun berlari melewati pematang sawah yang menuju sumur. Karna di sana telah berdiri ibuku yang baru siap mencuci perkakas rumah tangga. Ibu ibu ibuuuu teriakku sambil menaggis “paruik den bolong bu ditembak pak daus” caliak lah ibu. Ibuku hanya tersenyum yang indah. Dan dengan lembutnya ia berkata “dima pulo apak ang kamanembak paruik ang’ cubolah caliak paruik tu io banya pasuak ndk”. Sambil isak aku pun melihat perutku. Dan itu tidak bolong. Pai lah katampek apak ang” kata ibu. Begitu mudah aku dikerjain oleh pak daus. Seringkali kita mengakali kepolosan anak kecil dari pada memberikan penjelasan yang mencerahkan. (11/8/08)

Tidak ada komentar: