Minggu, Agustus 10, 2008

Pemimpinan Muda

Indonesia yang telah berumur 63 tahun. sebuah umur yang panjang dalam akumulasi sebuah pengalaman kepemimpinan. indonesia menjelang pemilu 2009 membutuhkan sebuah perubahan menjadasar dari aspek kepemimpinan nasional. munculnya barak obama sebagai kandidat presiden dari partai republik di Amerika Serikat. membawa sebuah harapan dan wacana baru dalam kancah perbincangan kepemimpinan nasional.

dari beberapa periode kepemimpinan indonesia, mulai dari Soekarno Hatta, Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati Soekarno Putri dan di lanjtkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. telah terjadi sebuah siklus yang tida sehat dalam regenesi sebuah kepemimpinan nasional. alur regenerasi kepemimpinan nasional memiliki siklus yang panjang pendek. Masa kepemimpinan presiden Soeharto adalah masa yang menyebabkan kemandekan pergantian kepemimpinan. Dari kemandekan diikuti dengan munculnya tiga presiden dalam 5 tahun, Habibie menggantikan Soeharto dan hanya memimpin lebih kurang dua tahun, selesai pemilu tahun 1999 maka terpilihlah Gusdur sebagai Presiden Indonesia, namun siklus itu hanya beberapa tahun. Gusdur jatuh dari tahta kepresidenan lewat beberapa kasus. Kemudian digantikan oleh megawati. polemik dalam siklus ini adalah tidak terjadinya suatu proses kepemimpinan yang mampu untuk menciptakan sesuatu contoh siklus yang berarti. pasca pemilu 2004 SBY-Kalla terpilih sebagai presiden Indonesia. namun ini tetap berasal dari golongan tua.

bagaimana seharusnya memunculkan pemimpin baru di kancah pemilu 2009? ini menjadi agenda yang membawa banyak diskusi. memperhatikan pemberitaan kompas minggu 10 agustus 2008. dimana DPD PKS meluncurkan wacana butuhnya regenerasi baru kepemimpinan indonesia. hal ini Berdasarkan survey, sekitar 60 persen dari penduduk Indonesia saat ini merupakan penduduk yang berusia antara 17-45 tahun (kompas,10/08/08) untuk memunculkan wajah-wajah baru ada beberapa pendekatan yang harus diambil.
pertama. Partai politik harus mau dan mampu untuk membuka diri bagi pendatang baru kepemimpinan Indonesia. Partai adalah pintu menuju regenerasi pemimpin muda indonesia.
kedua. adalah media massa. dalam hal ini sebagai alat publikasi dan pendidikan publik dalam mengarahkan masyarkat untuk memilih pemimpin muda.
ketiga. dari personal pemimpin muda tersebut. kemampuan memimpin harus mampu dibutktikan lewat prestasi-prestasi kepemimpinan. kemampuan untuk mengeluarkan sebuah visi keindonesian yang otentik dan orisinal. bagaimanapun kita tak terlepas dari sebuah pepatah minang "melihat contoh ka nan sudah, mengambil tuah kepada yang menang".

kita tunggu kiprah pemimpin muda Indonesia

1 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

Pemimpin seperti apa?

Sebuah Metafora : Kepemimpinan Yang Jazzy

Kepemimpinan yang bertumpu pada daya kreasi rakyat atau Kepemimpinan yang tidak melekat pada person tetapi sebuah kolektif kesadaran rakyat untuk menggerakan perubahan

Berbeda dengan musik klasik, ada dirigen, partitur, pemain musik yang tertib di tempatnya masing, segudang pakem-pakem musik klasik, maka didalam musik jazz kebebasan, kreatifitas, keliaran, kejutan merupakan nafas dan jiwa musiknya. Ada saxophone, flute, drum, perkusi, bass gitar, piano yang masing-masing berdaulat penuh.

Disatu sisi ada keliaran, tapi segala keliaran tetapmenghasilkan harmoni yang asyik. Kebebasan dan keliaran tiap musisi, patuh pada satu kesepakatan, saling menghargai kebebasan dan keliaran masing-masingmusisi sekaligus menemukan harmoni dan mencapai tujuannya, yakni kepuasan diri musisinya dan kepuasan pendengarnya.

Jadi selain kebebasan juga ada semangat saling memberi ruang dan kebebasan, saling memberi kesempatan tiap musisi mengembangkan keliarannya (improvisasi) meraih performance terbaik. Keinginan saling mendukung, berdialog, bercumbu bukan saling mendominasi, memarginalisasikan dan mengabaikan.

Seringkali saat bermusik ada momen-momen ketika seorang musisi diberikan kesempatan untuk tampilkedepan untuk menampilkan performance sehebat-hebatnya, sedangkan musisi lain agakmenurunkan tensi permainannya.

Tapi anda tentunya tau gitar tetap gitar, tambur tetap tambur, piano tetap piano. Namun demikian dialog antar musisi dilakukan juga dengan cara musisi piano memainkan cengkok saxophone, musisi perkusi memainkan cengkok bass betot. OHOOOOOOOOO guyub dan elok nian.

Lepas dari jiwa musik jazz yang saya sampaikansebelumnya tetap saja ada juga yang ‘memimpin’, pusatgagasan dan inspirasi tentunya dengan kerelaan memberi tempat kepemimpinan dari semua musisi. Bisa dalam bentuk beberapa person/lembaga maupun kolektifitas.

Misalnya dalam grup Chakakan bahwa vocalisnya Chahakan adalah inspirator utama grup ini. Apa yang menarikdari vokalis Chahakan ini adalah dia yang menjadi inspirator, penulis lagu dan partitur dasar musiknya,selain itu improvisasi, keliaran dan kekuatan vokalnya menebarkan energi , menyetrum dan meledakkan potensi musisi pendukungnya.

Model kepemimpinannya bukan seperti dirigen dalam musik klasik yang menjaga kepatuhan dan disiplin tanpa reserve, tetapi lebih menjadi penjaga semangat (nilai-nilai, atau bahkan cita-cita kolektif), memberiruang bagi setiap musisi untuk pengayaan gagasan danproses yang dinamis. Baik ketika mematerialkan gagasan maupun ketika berproses di panggung atau di studio rekaman. Tidak memaksakan pola yang baku dan beku, tetapi sangat dinamis dan fleksibel.

Setiap penampilan mereka di panggung adalah penemuan cengkok-cengkok baru, nyaris sebenarnya setiap performance selalu baru. Tidak ada penampilan yang persis sama. Tetapi tetap mereka dipandu tujuan yang sama memuaskan kebutuhan masing-masing musisi dan pendengarnya,menggerakan dan merubah.

Yang menarik juga dari jazz ini adalah sifatnya yangterbuka, open mind, open heart. Waljinah, master penyanyi keroncong dengan lagu walang kekeknya, ataulagu bengawan solonya gesang, atau darah juang lagu perlawanan itu, ravi shankar dengan sitar, rebab dan spirit indianya, atau bahkan internasionale dan maju tak gentar, atau imaginenya john lennon, atau reportoar klasik bach, bahkan dangdut pun, bahkan lagu-lagu spiritual bisa diakomodir oleh musisi jazz dan jadi jazzy.

Itulah karakter kepemimpinan yang asyik, kepemimpinan yang berkarakter kepemimpinan spiritual, menjaga dan menyalakan spirit/semangat/ nilai-nilai/ garis perjuangan, menyeimbangkan dan mencapai harmoni musik.

Selain itu kepemimpinan ini harus bisa fleksibel dalam pengayaan pilihan-pilihan pendekatan, bisa menawarkannuansa keroncong, dangdut, gending, samba, regge,rock, gambus, pop, klasik dalam bermusik jazz. Ataumemberi peluang atau kesempatan satu musisi atau alat musik leading, maju kedepan dan yang lainnyamemperkaya di latar belakang. Lepas dari itu bukan berarti saya lebih mencintai jazz, dibanding klasik, new age atau dangdut, tetapiini lebih kepada menemukan analogi dan metafora.

salam hangat