Rabu, Agustus 28, 2013

Surat Lamaran Untuk Kekasih Hati Satu


Untukmu setengah yang menggenapkan Agamaku

Assalamu’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Allah dengan rahman dan rahiimnya telah menitipkan sedikit kasih sayang dalam diriku untuk mencintai, menyangi seluruh apa yang pernah ada dalam kehidupan diriku. Dengan panduan nabi Muhammad Saw bentuk rahman dan rahim Allah berada pada keindahan, kecantikan, kegantengan dan keajegan yang telah mengukir sejarah gilang gemilang.

Aku insan yang terbiasa untuk menjadi bermakna dalam seluruh aspek kehidupan yang melekat dalam realitas kehidupanku. Di setiap peran-peran kehidupanku. Peran kehidupan seorang aktivis yang mengajarkan bahwa kita adalah bagian dari pembentukan elite ummat yang berjuang bersama menyelesaikan persoalan.

Peran sebagai seorang anak yang mampu menjadikan orang tua sebagai manusia yang amat beruntung memiliki anak yang soleh dan jenius. Menjadi orang yang mampu menolong orang lain. Sebagai tempat bertanya dan juga berbagi bagi permasalahan kehidupan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Sebagai seorang cendikiawan yang berfikir melahirkan solusi-solusi aplikatif akan permasalahan, persoalan, kemelut berkehidupan keagamaan dan juga berbagai persoalan-persoalan lainnya.

Layaknya gelombang pasang dan gelombang surut di lautan disanalah ikan baru bisa makan. Layaknya siang dan malam di sanalah kehidupan tetap berjalan.

Sebagian diriku telah engkau kenal dari dulu dan sekarang, yang sebagian hanya bagian permukaan seperti gelombang-gelombang. Gelombang itu adalah pancaran dari sebuah frekuensi yang bersumber dari berbagai rangkaian yang di namakan dengan komponen kehidupan.

Seperti sinar mentari yang menjadi pelangi di kala hujan telah mulai reda dan meninggalkan bintik-bintik hujan. Indah memang dan banyak yang terpesona dengan keindahan. Tapi tahukah dari mana ia berasal initulah yang akan aku sampaikan.

Aku terlahir dari keluarga yang amat bersahaja, terlahir di kehidupan malam yang sepi. Itulah takdir malam yang menemani dan menyaksikan tangis pertama pernyataan bahwa diri ada dan berada dalam kehidupan sampai saat ini.  Bulan rabiul awal tanggal 15 bertepatan dengan tanggal 21 desember 1982 secara penaggalan matahari itulah tanggal terlahir.

Dalam kesederhaan perkampungan aku berkembang seiring dengan berkembangnya pepohonan dengan dedaunan yang terus tumbuh bercabang dengan ranting dan daun baru setiap hari. Pohon yang mampu melahirkan banyak buah yang berguna bagi orang lain. Pohon yang memiliki akar kokoh yang menghunjam kebumi menahan beban kuat di atas dan memberikan suplai nutrisi dan mineral.
Sejak dahulu aku memang sering bertanya akan segala sesuatu. Ingin mengetahui segala sesuatu bagaimana ini bisa terjadi dan menjadi begini. Inilah kekuatanku kekutan Tanya yang membutuhkan sebuah keharusan di jawab.
Tanya itulah sering yang merepotkan banyak kalangan mulai dari orang tua Ayahanda yang mencintai dengan sepenuh hati, Ibunda yang hanya mampu tersenyum. Kakek nenek yang dengan senang hati memberikan jawaban walau kadang tidak bisa menjawab. Paman-paman yang dengan senang hati menjadi teman bermain, bercengkrama, dan juga teman berbagi karna merekalah teman-teman kehidupan di masa pembentukan diri ku di umur 2-5 tahun sebelum masuk ke dalam dunia pendidikan.
Kehidupan bagi diriku adalah sebuah laboratorium yang hidup. Ia adalah tempat terbaik yang aku merasakan berada ketika berada di sana. Di tempat-tempat manusia beriteraksi, tempat manusia bertransaksi, tempat manusia berkalaborasi, tempat manusia melakukan pilihan hidup, mulai dari yang terbaik dan yang terburuk.
Tarikan-tarikan halus itu seperti gelombang bagi diriku yang selalu menerima sinyal-sinyal dari sumber-sumber kehidupan. Termasuk menerima sinyal gelombang dari dirimu.
Kita telah saling mengenal semenjak perpindahan ke Kauman Muhammadiyyah di sejarah yang telah kami dan kita buat. Hanya sebagai teman biasa. Inilah masa dimana sebuah sejarah awal memperkenalkan kita dalam lingkaran persahabatan. Yang dulu banyak gelombang yang berpencar dari satu kepada yang lain.
Barangkali gelombang itu ada namun tidak kuat karna tingkat frekuensi yang tidak kuat dan konsisten dalam bertemu. Seiring waktu yang terus melaju dan aktivitas kehidupan yang kita menguatkan identitas kedirian.
Diriku yang melanjutkan kedunia perkuliahan di Universitas Bung Hatta Padang dengan jurusan manajemen di fakultas Ekonomi dan menyelesaikan dalam jangka waktu 5 tahun kuliah atau 10 semester. Dalam dunia perkuliahan memilih berbeda dengan teman-teman lain. Beraktivitas sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam dan juga aktivis kampus.
Momentum kuliah adalah momentum membentuk kualitas diri, bukan sekedar menerima materi kuliah dari para dosen yang menguasai bidang masing-masing yang hari ini telah memberikan warna berbeda dalam kehidupan.
Menjadi aktivis adalah pilihan sadar akan peranan diri yang lebih luas yang melampaui diri sendiri, melampaui hasrat diri sendiri. Meleburkan diri dalam dunia yang lebih berwarna, lebih berdinamika, lebih rumit namun tetap mempesona.
Bagian inilah yang sampai hari ini belum hilang dan tetap menarik. Membutuhkan formulasi dan penyesuaian bentuk yang terus menerus.
Menjadi dunia professional telah coba ku lalui ketika menjadi Manager Utama Lembaga Keuangan Syariah BMT Baiturrahman satu tahun kerja. Di dunia perputaran uang inilah diriku belajar bagaimana sebuah ekonomi mampu merusak aqidah, bagaimana pola pergerakan uang mampu mendekatkan seseorang kepada Allah dan juga mampu menjadikan seseorang durhaka kepada penciptanya.
Jakarta adalah tempat hijrah atas kesadaran diri untuk membentuk kualitas diri yang lebih baik. Jakarta adalah universitas kehidupan yang menjadikan diri ini menjadi pribadi yang lebih matang untuk dapat memberikan kebermanfaatan untuk sesame.
Jakarta bukan hanya sekedar tempat yang mempertemukan kita, dalam arti kata kita lebih dekat secara fisik materi dari jauhnya pola interaksi kita sebelumnya. Namun ada sesuatu yang telah lama lama mengganggu ‘zona kenyamanan’ pemikiran dan kedirian ini.
Jakarta adalah jantung kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta adalah tempat pertarungan-pertarungan yang di dalamnya banyak pertempuran yang apakah akan melahirkan seorang jendral besar, pemimpin besar, pengusaha, cendikiawan dan pemikir ulung lainnya.
Kenapa Jakarta ini lah beberapa alasan yang melatar belakangi diri ini memutuskan ketika bulan sakban menjelang beberapa hari ramadahan 1430 H hijrah ke Jakarta.
Pertama, mengikuti pola hijrah para pemimpin besar Ranah Minang. Muhammad Hatta setelah selesai sekolah di sumatera barat kemudian melanjutkan ke belanda dan menetap di Jakarta. Buya HAMKA yang menjadi ulama besar Indonesia yang melahirkan Majlis Ulama Indonesia, Ada Tan Malaka yang menjadi tokoh pergerakan, Buya Agussalim, St. Syahrir dan berbagai deretan nama-nama lain tokoh ranah minang yang berperan kuat membentuk Negara Indonesia.
Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh kuat dalam kesejarahan Indonesia generasi pertama hasil pendidikan ‘harimau nan salapan’ dan salah satunya adalah tempat kita pernah menuntut Ilmu di Thawalib Padangpanjang.
Kedua, Mematangkan diri untuk melahirkan sebuah ‘passion’ yang bermanfaat pada wilayah yang lebih luas. Belajar kepada kehidupan tentang apa dan bagaimana serta untuk apa. Aku selalu tercenung ketika melihat kuburan-kuburan berbatu nisan. Mempunyai nama-nama dengan tanggal kelahiran dan juga tanggal meninggal untuk di kebumikan. Aku bertanya dan memperhatikan sebagain nama adalah mereka yang telah memberikan banyak hal bagi masyarakat. Mereka adalah tokoh yang meninggalkan jejak-jejak peradaban yang kuat. Itulah kuburan Buya Abdul Hamid Hakim yang selalu menyapa ketika berangkat ke mesjid Mujahidin dalam 6,5 tahun menjadi santri Thawalib. Dan masih banyak lagi kuburan para ulama-ulama lain yang pernah. Kemudian ku perhatikan yang kuburan lain yang aku hanya mengenal namanya dan tahun lahirnya serta tahun ia meninggal. Kemudian aku bertanya apa yang aku kenal dengan mereka? Hanya sebuah batu nisan dan kadang pun tidak terdapat identitas.
Ketiga, Mendatangi guru-guru kehidupan yang telah lama menggelitik pemikiran ini. Ingin bertemu dan bertatap muka dengan mereka, mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan juta tempat keputusan-keputusan yang merubah wajah peradaban ummat islam.
Keempat, mendekatkan diri kepada orang yang mencintaiku dan pada saat ini dan semoga Allah menyatukan kita dalam sebuah ikatan yang Allah telah desain dengan amat baik berupa pernikahan. Berbagai persoalan telah malang melintang diantara masa berkenalan kita. Walau terkadang itu ada momentum yang menyakitkan dirimu.
Kelima, menjauhi sebuah bencana tauhid dalam keluarga. Yakni bencana syirik dengan ujian kemampuan untuk mengenal dunia gaib dan itu bagi diriku bukan yang terbaik. Karna manusia adalah bersama manusia. Jin adalah untuk Jin dan tidak ada pertemuan di antara keduanya kecuali persaudaraan seiman.
Namun itu semua adalah alasan dari daya ungkit bernama, Daya ungkit Intelektual, Daya ungkit Aqal Budi dan Daya ungkit fitrah biologis kemanusiaan. Itu alasan dalam keduniaan yang kita adalah bagian dari dunia berupa atribut-atribut biologis. Namun di balik itu ada berapa hal mendasar bahwa apa yang menjadi pilhan hidup adalah bentuk “Pembuktiaan bahwa Allah telah mempersiapkan sesuatu dalam diri ini untuk menjadi Hambanya dan juga khalifahnya” Inilah bentuk penerjemahan dari “Iyya kana’budu wa iyya kanasta’in. Ihdinassiraathal mustaqim…..” Allah telah memaparkan jalan kesuksesan/kebaikan/kegemilangan/kemenangan/keberartian dan kita meminta kepada Allah untuk berada dalam jalan/metode/system/cara tersebut yang pada saat yang sama kita meminta untuk tidak masuk dalam jalan/metode.sytem/cara yang ketidaksuksesan/kejahatan/kekalahan/kehancuran dan juga kesesatan.
Wahai kekasih hati
Inilah yang ingin ku sampaikan kepada dirimu yang Allah dengan kehendaknya, yang Allah dengan ketetapannya akan memberikan yang terbaik kepada hambanya selama hamba memberikan yang terbaik bagi Allah.
Menikah merupakan sebuah pencapaian prestasi, kematangan diri, pembuktian iman dari langkah-langkah prestasi seseorang manusia bernama Muhammad Yunus. Dengan alasan dan daya ungkit sebagai berikut:
Perpaduan keutuhan cinta ilahi yang bersemanyam di dalam diri. Arrahmaan dan Arrahiim Allah yang berada pada setiap makhluknya telah menyatukan segala sesuatu secara berpasangan. Seperti itulah fitrah dalam sunnatullah. Tiap-tiap diri akan bertemu dengan pasangannya. Segala sesuatu akan bertemu dengan yang mengutuhkan dirinya. Cara dan metode pertemuan memiliki berbagai bentu, cerita, gaya dan dinamika.
Penerimaan akan kehendak Allah yang melampaui keinginan pribadi yang berangkat dari prasangka, paradigm dangkal manusia itulah keihklasan. Keikhlasan penerimaan adalah penyatuan kehenda Allah dengan kehendak manusia yang memancarkan banyak keindahan. Allah gantikan dengan memberikan sebuah kekuatan keyakinan untuk melangkah ke jenjang yang lebih baik. Maka dari sekian kilasan suka dan cinta kepada orang lain maka jadikanlah ini sebuah perpaduan terbaik yang Allah persiapkan untuk ummah ini.
Perpaduan keutuhan rindu ilahi yang bersembunyi di dalam hati. Rindu-rindu yang menelusuri relung hati untuk menyatu, berdekatan, berbagi, membere dan memperhatikan adalah kekuatan yang tidak bisa tahan. Perpaduan itu ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi dengan pembatas rindu kepada Allah. Rindu kepada Allahlah yang menyatukan rindu-rindu yang saling berkelindan dan menari bersama di balik jiwa.
Ia bagaikan sebuah gelobang frekuensi yang hanya bisa di tangkap oleh mereka yang memliki kapasitas bandwith dan frekuensi yang sama. Maka kita bisa mendengar radio dan suara orang yang membicarakan banyak orang. Itulah gelombang rindu, dan gelombang rindu jiwa itu merupakan bagian dari gelombang kerinduan seorang hamba Allah kepada hamba Allah lainnya.
Perpaduan keutuhan sayang ilahi yang memandu di dalam diri. Sayang ilahi dalam jiwa itu seperti ombak yang selalu datang membasahi pantai yang tidak pernah bosan untuk datang menepi, datang dan kemudian datang yang memberikan kehidupan bagi makhluk lain. Penerimaan sayang itu di terima oleh pantai dengan deburan dan pembasahan bibir pantai yang panas ketika di terpa oleh sinar matahari atau tetap berkilau dengan cahaya di terpa rembulan.
Begitulah sayang ialahi menyatu dalam ombak dan pantai. Pada kita itulah keinginan menyatu melampau dari rindu-rindu berdasarkan perasaan sayang semata. Ketika sayang kita adalah sayang ilahi maka kita akan selalu sayang dan berharap tidak pernah putus walau satu sama lain telah mendahului menemui sang pemberi kasih sayang.
Perpaduan keutuhan fitrah biologis yang memandu keberlangsungan ras manusia. Inilah fitrah biologis yang ada pada diri kita. Kita terlahir dari perpaduan dua unsure biologis yang Allah titipkan dalam sperma ayahanda dan ovum ibunda. Pertemuan itulah kita hari ini yang memiliki tubuh lengkap dengan organ-organ pendamping dari kepala dengan anggotanya, badan dengan anggotan organ dalamnya.
Maka perpaduan fitrah biologis ini membutuhkan sebuah kematangan diri secara biologis untuk mempersiapkan seuatu amanah Allah. Kematangan biologi bertemu dengan kesempurnaan bentuk akan memberikan sebuah hasil output terbaik begitulah sunnatullah kecuali ada kehendak Allah yang lain.
Perpaduan inilah yang melahirkan pemimpin-pemimpin besar peradaban. Ketika kita menelusuri kehidupan para ulama, cendikiawan adalah berasal dari sebuah garis keturunan atau DNA keluarga yang terpelihara dari berbagai penyimpangan-penyimpangan terhadap ketetapan Allah Swt.
Perpaduan keunikan  dan kekhasan. Masing-masing kita adalah pribadi yang memiliki kekhasan yang satu sama lain tidak akan saling sama secara keseluruhan. Berangkat dari fitrah keunikan ini maka kita secara pribadi adalah manusia merdeka dalam menentukan pilihan-pilihan atas beberapa stimulus yang hadir. Apakah kita ikut dalam sebuah sinergi atau menolaknya.
Perpaduan kekhasan personal dua insan yang berbeda yang diikat oleh Cinta, rindu, sayang dan fitrah biologis Allah terhadap diri kita seperti perpaduan unsur-unsur  atom berupa neutron dan proton denga inti atom.
Berangkat dari beberapa hal tersebut maka dengan ucapan yang mampu menggetarkan jiwa, makhluk, kebaikan dan seluruh alam semesta. Maka dengan ini dengan kalimat:
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Menyatulah dalam sebuah ikatan pertunangan dan melanjutkan dalam sebuah ikatan pernikahan nantinya berupa penerjemahan kalimat
Alhamdulillaahirrabbil’aalamiin
Inilah bentuk ketundukan diri ini yang merupakan anugrah Allah dan sebagai alat bukti dari firman Allah “kuntum khairah ummah” di jagad kosmic dan universalitas khairah ummah yang telah berlangsung semenjak Nabi Muhammad saw sebagai pribadi pertama khairah ummah.
Maka dengan ini mari kita tundukkan segenap hasrat, dorongan, kemauan, keinginan, prestasi, kinerja, usaha dalam sebuah kepasrahan kepada Allah beserta mahkluk Allah seperti matahari, bulan, bintang, atom, bumi, langit, air, api, udara, awan.
Dengan ini maka berkenanlah bersama dalam penyatuan terindah sebagaimana yang telah disampaikan dalam surat sebelumnya. Membentuk sejarah yang memberikan kebermanfaatan bagi hamba Allah lainnya dari golongan manusia, jin dan alam semesta.
Jazakumullahu kharitan ktasiran
Wabillahittaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh waridhwanah

Tidak ada komentar: