Senin, Oktober 17, 2011

Hotel berbintang langit


Oleh: Muhammad Yunus

Angin malam yang berhembus perlahan menyapa setiap pohon. Dengan liukan daun dan ranting mohon merasakan kelembutan balutan angin. Namun malam itu angin sedikit bergerak cepat seakan ada panggilan tugas di ujung bantalan rel di kab. Bogor. Disana telah terlihat mendung menggantung diatas langit yang sebentar lagi akan menangis menyirami bumi yang terlampau panas oleh keserakahan dan tipu daya yang vulgar.

Di sela gerakan ranting pohon beberapa kerlip cahaya berwarna merah seperti kerlip lampu mercusuar di laut. Seorang Nampak menikmati racun nikotin dan tar masuk dalam paru-paru yang telah kebal akan asap kepahitan. Asap mengepul berpacu dengan asap knalpot kendaraan seri terbaru yang berlari kencang untuk sampai pulang. Mengejar kenikmatan tidur di rumah yang memberikan banyak keindahan dan ketenangan. Asap demi asap cukuplah menjadi perantara akan do’a dan rintihan yang terus menderu setiap saat.

Ditemani oleh kasur empuk yang dari malam kemalam hadir sebagai alas tidur. Alas tidur yang tersusun dari kardus-kardus.  Disamping telah terlelap wajah polos dengan dengkuran ringan. Dimana hari ini harinya mesti terenggut untuk mengumpulkan barang-barang yang tidak berguna bagi sebagian orang. Namun menjadi sumber kehidupan bagi kami. Di lelap tidurnya terkadang nyamuk nakal sesekali datang menghampiri untuk sedikit menggaanggu. Dengan singap tepukan tangan datang menghalau nyamuk yang mesti mati konyol.

Asap rokok yang tidak berbentuk ketika di papar oleh angin malam terus bergerak kearah yang tidak menentu. Malam ini hampir sama dengan malam-malam sebeleumnya. Hotel ini memiliki bintang di langit. Ketika kabut tidak ada maka diatas sana akan terlihat bintang-bintang saling berkelipan seakan bercerita tentang penduduk langit yang menangis kesedihan melihat ada warga bumi tidur di hotel berbintang langit.

Nasib menghempas penderitaan, walau mesti menjadi penghuni hotel berbitang langit di Jakarta. Hotel sekarang yang lebih bersahabat dari hotel-hotel sebelumnya. Dimana ketersediaan kamar mandi, kamar kecil ada di bagian bawah hotel berbintang langit. Tidak seperti hotel berbintang langit sebelumnya dimana WCnya terlalu jauh dan tidak memadai. Bukan kerelaan untuk tinggal di hotel berbintang langit, namun pilihan akhir untuk dapat terus hidup. Hidup yang terus dilalui diantara malam hotel berbintang langit.

Malam ini semoga hotel berbintang langit tidak bocor dan membasahi kami penghuni setia. Karena esok kami mesti kembali bekerja untuk mengumpulkan berlian berlian yang tersisa dari keserakahan kota yang tidak bernurani.

Catatan: Tulisan ini didedikasikan untuk sahabat yang selalu memberi nasehat akan makna dan tujuan hidup sebenarnya. Nasehat yang selalu hadir tanpa suara, peringatan tanpa ancaman dan ajakan tanpa menggurui. Diantara perjalanan pulang di malam hari antara Universitas Azzahra – Stasiun tebet. (1/06/11)

Powered by:
Magister Ekonomi Syariah
Universitas Azzahra
Jl. Jatinegara Barat No. 144, Kp. Melayu

***
Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Tidak ada komentar: