Selasa, Oktober 09, 2012

Tantangan Usaha Bertani Organik

Sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan bahwa senang dan bahagia dan sukses mudah dikenali dan tersebar. Namun duka juga memiliki sunnatullah tersendiri. Menjalani kehidupan selalu memiliki sisi duka dan suka, ancaman dan tantangan.
Bila kita berbincang dengan mereka yang menapaki sukses dalam kehidupan. Maka cerita keberhasilan demi keberhasilan akan menghiasi percakapan. Peluang demi peluang ia munculkan kepermukaan. Hal ini memberikan motovasi bagi yang ingin mengikuti langkah sukses yang telah di tempuh sebelumnya.
Sedangkan duka dan tantangan berusaha sulit untuk diakses dan diceritakan. Dengan perkenalan panjang dan juga kepiawaian menggali informasi kita dapat mengetahui bagaimana duku seseorang menapaki jalan sukses sebuah usaha.
Duka dan tantangan terberat dalam beralih profesi adalah tantangan diri sendiri. Bagaimana berdialog dengan diri sendiri mempertimbangkan berbagai atribut-atribut sosial yang selama ini melekat mesti berganti dengan atribut sosial baru.
Tantangan selanjutnya adalah merubah cara pandang dan juga belajar dari awal tentang yang baru. Cara pandang sangat mempengaruhi bagaimana menapai usaha baru. Merintis dari awal kembali. Bila ingat sebuah serial di televisi swasta maka kegamangan dan juga keraguan menjelang nampak hasil usaha baru.
Tiga tantangan diatas adalah dalam diri sendiri. Sedangkan tantangan diluar diri adalah; Pertama, keraguan dari orang yang mencintai kita. Apakah ayah, ibu, istri, saudara. Kedua, adalah teman dan sahabat. Beberapa teman dalam beberapa pertemuan sering mempertanyakan kok bisa kamu menjadi petani, sedangkan aktivitas sebelumnya adalah sebagai seorang pengajar dan sedang melanjutkan pendidikan magister di Jakarta. Ketiga, tantangan adalah sistem yang belum mendukung untuk memaksimalkan usaha.
Sedangkan untuk duka menjadi petani organik dan menjadikan agro pure organic part diwakilkan oleh perkataan Muhammad Yunus peraih nobel perdamaian lewat Grameen Bank “saya lebih suka menjadi cacing di dalam tanah dari pada menjadi elang diangkasa” untuk menyelesaikan aneka persoalan dimasyarakat.
Diantara duka yang menjadi tantangan itu adalah:
  1. Semakin rusaknya kualitas tanah dan lingkungan. Dari beberapa pengambilan sampel tanah dan kualitas air ditemukan bahwa tanah telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Ditambah dengan kualitas air yang sangat mengkuatirkan.

  2. Semakin mahalnya pupuk kimia. Hal ini akibat rusaknya sistem distribusi dan juga penggelapan pupuk. dari beberapa informasi pupuk menghilang untuk perkebunan.

  3. Semakin tidak menjanjikan kehidupan para petani. Dari tahun ketahun pendapatan petani semakin menurun. Variabel utama penurunan pendapatan petani adalah, harga pupuk yang semakin tinggi, kedua harga pertanian yang tidak menentu.

  4. Semakin tertinggalnya kehidupan sehat dan baik. Petani adalah orang pertama yang merasakan dampak negatif dari penggunaan petisida dan pupuk kimia sintetis. Dibeberapa tempat petani mengalami penyakit diabetes, asam urat dan juga batuk yang menahun.

  5. Duka terakhir adalah bagaimana status petani menjadi profesi yang sangat dihargai dan layak dikatakan sebagai sebuah profesi yang menjanjikan.
Bagaimana duka dan tantangan itu menjadi suka dan peluang? jika menggunakan pendekatan Mentri BUMN Bapak Dahlan Iskan adalah Kerja, Kerja, Kerja kemudian di kelola dengan Manajemen Harapan.  Sedangkan dalam bahasa agama adalah mengerjakan amal sholeh sebanyak-banyaknya yang diiringi dengan keyakinan.
Mari berbuat untuk mengurangi duka petani Indonesia dengan menjadi konsumen, distributor dan juga investor bagi pertanian organik. Karena lewat dukungan kita masalah demi masalah secara bertahap akan terselesaikan.
Yuk! Selamatkan lingkungan dengan menjadikan organic sebagai gaya hidup.
Agro Pure Organic Part
Dusun Kampuang Baru, Pakan Sinayan Kamang Mudiak, Agam Sumatera Barat. Kampuang Bendang Sungai Sariak dan Balai Tinggi, Gurun Kota Sarilamak Sumatera Barat.

Tidak ada komentar: