![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuYj0d8olZF8sKwIY9bjLSK_7yQFm9nUiEgkkWDl7ZFqXjRSEEx7gjcUUq2MoYePmJzOTNvuelSqX6gpCae61WBo7IbSZibOD0iaFCEpgGDEmQNDvEXQrcCtZyKB4hbzxjOL0xE1etyLo/s400/pemulung.jpg)
Aku berada pada saudaraku, uang pecahan Rp. 500 rupiah putih dari hasil penjualan hasil tambang emas di jalanan ibu kota (sampah). Dengan wajah tersenyum dan mata berbinar, ia mengajukan bebepara bait untaian kata kepada yang ia sujud tafakkur. Saat itu bakda magrib di mesjid besar pinggiran jalan menuju manggarai yang sebelahnya terdapat sebauh lembaga keuangan Islam, hari itu 20 November 2009.
Berjejer rapi mobil dengan berbagai merek dan aneka. Mulai dari mengusung konsep sporty, family, suv dan luxury. Indah berbaris seperti indahnya barisan ketika solat berjamaah. Namun ada mobil bermerek “LARA HATI” dengan konsep full family parkir di sudut. di dinding menempel salah satu calon presiden yang terpilih pemilu kemaren.
Dalam untaian bait kata keluarga berbagai hasrat yang terangkum “Ya rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qinaa ‘azabannar” Ya tuhan gusti berilah kami kesejahteraan, kebaikan, keindahan dengan banyaknya sampah yang bertebaran pada awal perjalanan (dunnya), dan berilah kami kesejahteraan, kebaikan dan kemakmuran, keindahan dengan kami ambil sampah yang menjadikan bagian gerakan kebersihan dan mendapatkan pulungan yang banyak pada akhir perjalanan di tempat pemulung (akhirat) dan jauhkan lah kami dari kesengsaraan penertiban dan pemukulan (annar). amin
Dan sayub terdegar untaian bait kata doa “Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina ‘azabannar” Ya ilahi rabb berilah kami kesejahteraan, kebaikan, keindahan dengan banyaknya transaksi dan dealnya proyek pada awal bulan desember (dunnya), dan kesejahteraan, kebaikan dan juga keuntungan pada akhir pelaksanaan proyek akhir tahun (akhirat), dan jauhkan kami dari kesengsaraan mereka yang menjadi makelar proyek dan premanisme birokrasi. amin
Doa itu melantun indah mengetuk pintu langit di malam yang mulai merayab perlahan. Dan uang Rp. 1.000, dan aku ada di sana sebagai 1 rupiah yang ikut masuk kedalam kotak amal bertemu dengan saudaraku Rp. 500 putih dari sang pemulung.
1 komentar:
mantap....
keep blogging bang, demi menyonsong buku perdana muhammad yunus yusuf....
ditunggu....
tabungan tulisan2 pendek seperti ini yang akan menjadi bahan bakar untuk menulis lebih baik lagi dimasa datang...
Posting Komentar