Tampilkan postingan dengan label Bengkel Menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bengkel Menulis. Tampilkan semua postingan

Selasa, Oktober 09, 2012

Paceklik ide menulis, Apa solusinya?

Terkadang seperti cuaca di Indonesia ada masa hujan dan juga kemarau. Hal ini juga berlaku dalam tulis menulis, dimana terdapat musim tulisan lagi berbuah banyak, baik dari pribadi maupun kelompok. Banyaknya tulisan juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik. Pengaruh media arus utama turut mempengaruhi dinamika tulisan. Namun seiring berlalunya moment sosial politik yang hot, menjadikan tulisan satu persatu gugur dengan bergugurnya para penulis.

Memang amat mengesalkan ketika berada dalam paceklik ide menulis. Seakan seperti sawah yang membutuhkan air untuk sedikit membasahi agar tanaman padi bisa tetap tumbuh. Dalam satu minggu ini tidak ada tulisan mendarat di Kompasiana maupun di blog. Namun ketika kekesalan itu datang ada dua pilihan. Pertama apakah akan tetap berada dalam kekesalan atau kedua. Menjadikan kekesalan sebagai bahan tulisan.

Menulis dengan makanan utama adalah membaca, dengan lauk pauknya adalah analisa dan sedangkan air minumnya adalah diskusi. Dan nikmatnya menulis kalau berada di rumah makan padang atau kafe yang menghadirkan rasa berbeda kala makan di warteg atau kedai kecil tepi rel. Sebuah tulisan lahir dari kemampuan untuk menikmati suasana dan juga makanan yang tersedia.

Menulis ketika paceklik ide memberikan rasa berbeda dan kenikmatan tertentu. Untuk beberapa yang telah mendarah daging paceklik ide adalah nutrisi untuk menulis. Namun bagi pemula ini adalah moment ujian apakah akan tetap menulis atau malah berhenti menulis untuk selamanya.

Kemudian bagaimana mesti keluar dari paceklik menulis. Ada beberapa tips untuk dapat bertahan di kemarau ide menulis.

Pertama. Milikilah sebuah serial tulisan. Hal ini menjadikan musim kemaru menulis mempunyai stok tulisan. Tulisan ini adalah stok dari serial tulisan tentang dunia tulis menulis dan aneka ragam aksesoris dunia tulis menulis.

Kedua. Membaca kembali tulisan terdahulu. Manfaat membaca ulang tulisan terdahulu adalah melihat kembali beberapa tulisan yang terkadang butuh tambahan catatan, atau penambahan prespektif. Disisi lain manfaat membaca ulang beberapa tulisan yakni membuat sebuah kombinasi tulisan dari sisi yang berbeda.

Ketiga. Mengurai emosi dengan mendatangi tempat-tempat indah dalam hidup. Dengan mendatangi tempat-tempat ini menjadikan banyak kenangan untuk ditulis ulang. Tulisan ini lahir dari tempat kenangan salah satu dari Rumah Cinta. Tempat ini berada di Jorong Bingkudu Nagari Canduang Koto Laweh Kec. Canduang Kab. Agam Sumatera Barat dan berada di Dada Gunung Merapi. Kenangan indah ini bernama “Nagari Di atas Bawah”.

Rabu, November 16, 2011

Menulis dan tulisan bergizi dan bernutrisi

Semua kehidupan akan berakhir seiring kematian yang datang tanpa pemberitahuan. Lewat rangkaian karya, prestasi dan tulisan setiap orang akan hidup selamanya dan terus berumur panjang.
Dalam aktivitas menyusun aksara menjadi kalimat bermakna atau tepatnya aktivitas tulis menulis memiliki suka dan duka. Suka yang telah menjadikan aktivitas tulis menulis bagian kebiasaan dan kebutuhan. Ketika tidak menulis artikel, feature, fiksi dalam satu hari maka ada yang berkenan.
Andreas Harefa dalam bukunya Happy Writing menjelaskan bahwa aktivitas menulis adalah pekerjaan tangan sekaligus membuat bahagia. Menulis akan melahirkan kebahagian bagi tangan dimana ia menjadi saksi sebuah karya bermanfaat bagi penulis sekaligus orang lain. Disisi lain juga memberikan kebahagian bagi organ tubuh lain.
Aktivitas menulis menjadikan otak mendapatkan nutrisi lebih bergizi. Pemberian nutrisi ini dengan melakukan aktivitas membaca. Melakukan analisa yang menghubungakan memori dengan memori lainnya. Kegiatan menulis melahirkan senam otak untuk menjadikan sel-sel neutron otak aktif kembali. Hal ini menyebabkan terjadi perlambatan pikun.
Namun tidak sedikit menulis menjadi duka sekaligus mendatangkan petaka bagi penulisnya. Sering duka ini lahir dari rasa frustasi mau menulis apa, cendrung dalam menulis ilmiah. Sebagian tulisan menjadi duka ketika tulisan menjadi sumber fitnah dan kebohongan. Bagaimana tulisan memiliki moral rendah. Kualitas tulisan ini bersumber dari moralitas rendah para penulis.
Sedangkan dalam sisi emosional menulis mampu mengurai hal-hal negatif menjadi positif. Ibarat sampah organik yang dikomposkan menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman.  Beberapa penelitian menyatakan bahwa aktivitas menulis mampu mengobati penyakit terutama berhubungan dengan mentalitas. Salah satunya adalah ketidakpercayaan diri. Aktivitas menulis secara simultan dan konsisten mendatangkan rasa kepercayaan diri.
Menjadikan aktivitas menulis menjadi aktivitas bernutrisi dan bergizi memenuhi unsur pengayaan baik ketika menulis, menjelang dan sesudah menulis. Aktivitas menulis bernutrisi setidaknya mesti memiliki berapa sumber diantaranya.
  1. Niat yang tertata rapi. Komponen utama ini menjadi panduan untuk dapat menulis menjadi aktivitas bernutrisi dan bergizi tinggi. Penataan niat menulis bermanfaat dalam menjaga ritme menulis. Dalam banyak kasus niat menulis mudah kandas di awal dan beberapa hari. Ketika niat menulis untuk mendapatkan nilai dalam perkuliahan oleh mahasiswa, maka ketika telah selesai perkuliahan maka aktivitas menulispun usai sudah. Ketika niat menulis untuk mendapatkan kepangkatan bagi dosen, guru, maka ketika pangkat lebih tinggi di dapat maka aktivitas menulis pun berhenti. Menata niat memberikan panduan untuk terus menulis. Ibarat perjalanan ke suatu tempat, kita telah mengetahui rute-rute yang akan ditempuh. Rute ini berbentuk peta yang memandu untuk sampai pada tujuan aktivitas menulis. Menata niat menulis dapat dilakukan dengan membuat sebuah peta niat. Seumpama tahun ini berniat untuk memperlancar menulis. Tahun selanjutnya berniat untuk dapat menulis di media seperti koran, majalah. Tahun ketiga telah memiliki buku dari hasil kegitaan menulis.
  2. Passion yang stabil. Emosi sering bergejolak, terkadang naik kemudian suatu hari turun. Menjaga frekuensi dorongan menulis membutuhkan aspek internal diri dan ekternal diri. Secara internal terdiri dari niat dan motivasi yang dikombinasikan dengan penghargaan diri. Sedangkan dari sisi ekternal meliputi lingkungan, sarana penunjang, komunitas. Aspek lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, kerja. Aspek sarana penunjang terdiri dari pena, kertas, komputer, sambungan internet, buku, perpustakaan. Menciptakan passion yang stabil dimulai dari menyatakan manfaat apa yang akan diperoleh melakukan aktivitas menulis. Semakin melekat dengan diri dan semakin menantang passion akan stabil.
  3. Kepekaan nurani. Sumber kepekaan nurani menjadikan aktivitas tulis menulis adalah sebuah panggilan jiwa. Menulis menjadi aktivitas yang melibatkan seluruh kesadaran kemanusiaan, kesadaraan keberartian dan kesadaran kepedulian. Banyak karya tulis lahir dari kuatnya kepekaan nurani yang bergetar melihat fenomena-fenomena kehidupan. Tidak sedikit yang mampu meneterkan air mata, menggerakkan banyak orang dalam lintas waktu yang panjang. Membuka kepekaan nurani berasal dari kesadaran bahwa hidup itu mulia dan setiap orang memiliki kemuliaan. Dengan ini menulis adalah perbuatan mulia dan memuliakan orang dengan segala keterselubungan kemuliaannya dari apa yang tampak oleh mata.
  4. Jelajah imajinasi. Semua pada awalnya berasal dari imajinasi, begitulah penyataan pendekataan filsafat idealisme. Tiada hambatan untuk menelusuri dunia imajinasi. Memperhatikan hidup masih berada dalam fase anak-anak. Berbagai imajinasi lahir dan sangat menakjubkan. Sebuah benda kecil bisa menjadi pesawat tempur, atau kapal yang indah. Gundukan pasir bisa menjadi sebuah istana yang megah lengkap dengan cerita kehidupan penghuninya. Menjelalah dalam dunia imajinasi memberikan sumber-sumber yang mampu memberikan nutrisi dan gizi dalam aktivitas menulis. Karena setiap kata pada awalnya bertempat di dunia imajinasi yang kemudian menjadi bentuk rupa.
  5. Menapak realitas. Setelah melakukan jelajah imajinasi maka menapaklah dalam realitas kehidupan. telusuri apa yang terjadi dan hubungan-hubungan diantaranya. Kenalilah bentuk dan rupa apa yang terjadi. Bertatap muka dan bercengkrama dengan fakta, kejadian yang tidak pernah berhenti selama dunia masih ada. Bercumbu dengan aliran pasang naik dan surutnya keriuhan, kehebohan, kehancuran dan kenistaan. Karena dari itu akan memberikan gizi bernutrisi untuk berkontribusi.
  6. Mengunyah bacaan. banyak sumber bacaan terhampar, baik buku, majalah, koran, artikel dan bahkan iklan. Kunyahlah dengan menggunakan gigi-gigi geraham berbagai bacaan. Jangan telan mentah-mentah semua bacaan yang ada. Robek dengan gigi seri, lumat dengan gigi geraham. Mengunyah bacaan berguna untuk mengeluarkan sari pati dari berbagai bacaan. Terkadang dari sedikit penggalan kata maka melahirkan banyak makna. Terkadang dari banyak bacaan hanya melahirkan sedikit makna. Mengunyah bacaan akan mengenali cita rasa tulisan. Mengetahui pahitnya tulisan yang merupakan trauma, kehancuran dan kebenaran. Manisnya tulisan yang bersumber dari kebahagian yang dibungkus dengan banyak kebaikan.
  7. Mencerna dengan analisa. Berbagai bahan tulisan, baik bacaan, imajinasi membutuhkan analisa sebagai alat pembentuk, pencetak, pemilah dalam aktivitas tulis menulis. Ia menyisihkan berbagai berbagai komponen gizi dan nutrisi. Sebagian menjadi ampas dan di buang karena belum dibutuhkan.
  8. Membagikan hasil manfaat. Tiada segala sesuatu tercipta sia-sia. Semua rangkaian kehidupan bergulir dari tahap demi tahap. Setiap tahap memberikan input yang bermanfaat untuk proses selanjutnya. Ibarat pohon bukan hanya buah yang memberikan manfaat namun juga daun, akar, batang yang terus berguna untuk apapun dan siapapun.
Setelah memiliki sumber nutrisi dan gizi dalam tulis menulis, maka hasil akan melahirkan tulisan bernutrisi dan bergizi yang bermanfaat bagi orang lain dalam lintas zaman dan perbedaan masa. Hal ini sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Karena jangan sampai “rabun membaca buta menulis”. Dari ungkapan Taufiq Ismail yang menjadikan kita mengalami busung lapar pengetahuan, diare kebodohan dan tumor kepandiran.

***
Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Minggu, November 13, 2011

Insomnia, Menulislah

Ketika mata belum mampu terpejam menjelang tengah malam. Pikiran masih berpacu tentang banyak hal yang diluar kendali diri. Perasaan yang datang silih berganti, takut, cemas, was-was. Walau malam telah datang dengan selimut kegelapan untuk mengundang siapa saja untuk berbaring. Namun mata juga belum mau untuk menutup dan masih ingin melihat entah kemana.

Banyak alasan mata enggan terpejam. Bagi mahasiswa mata mesti terjaga untuk menyelesaikan tugas atau membaca bahan kuliah karena menggunakan Sistem Kebut Semalam (SKS). Bagi Dosen mata mest terjaga untuk membaca tulisan mahasiswa dari tugas yang diberikan, atau membaca beberapa artikel untuk dijadikan tulisan. Bagi anak muda mata mesti terjaga untuk bisa begadang. Sedangkan mata bagi kompasiana yang masih terjaga adalah untuk membaca tulisan teman, membaca tulisan sendiri, atau sekedar lihat sana sini.

Namun bagi yang tidak memiliki aktivitas kecuali menonton Televisi untuk menanti mata ingin terpejam. Maka saat ini barang kali telah mendapatkan penyakit bernama Insomnia. Dalam istilah lain merupakan gangguan tidur akut. Penyakit ini bisa menimpa siapa saja, dalam salah satu hasil penelitian penyebab insomnia adalah adanya gangguan emosial dan pikiran. Dimana terjadi kekacauan emosional dan pikiran, apakah disebabkan oleh tekanan hidup yang tidak menyisakan jeda. Disebabkan oleh kelebihan obsesi dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Barang kali tidak bisa tidur karena takut di temui oleh kesalahan diri sendiri dalam mimpi.

Apapun penyebab insomnia yang menimpa siapapun. Ada beberapa tips yang barangkali bisa membantu untuk bisa memejamkan mata dan mengobati insomnia. Kegiatan sederhana yang akan membantu mengeluarkan sisi negatif dalam emosi dan menjadikan pikiran lebih positif. Kegiatan ini adalah menulis. Tidak salah jawaban bahwa salah satu untuk menghilangkan insomnia adalah menulis.

Langkah pertama. Ambillah kertas dan pensil atau pulpen. Mulailah menulis tanpa terbebani dengan salah dan benar ejaan. Biarkan saja jari anda menulis apa yang terlintas di pikiran. Bagi sebagian mencoret-coret kertas membuat sebuah gambar abstrak tidak beraturan bisa membantu. Namun lebih baik menuliskan tentang ketakutan-ketakutan yang menghantui dalam kehidupan. Menuliskan harapan-harapan yang menjadi doa yang terkadang belum tersampaikan. Bagi yang berada di depan komputer bukalah lembaran kertas di MS Office

Langkah kedua. Biarkanlah tulisan mengikuti jari jemari tanpa jeda untuk terus menulis. Ibarat Air mengalir biarkan ia menentukan sendiri mau hendak kemana ia mengalir. Ketika ia menuliskan beban hidup, ketakutan, kesalahan diri yang telah menumpuk. Biarkanlah ia mengalir, karena pada saat itu kita telah menterapi diri sendiri untuk sehat. Minimal sehat menggunakan waktu untuk tidak manusia penyia-nyia waktu.

Ketiga. Setelah menulis tanpa jeda selama 20 menit, berilah hadiah kecil bagi diri sendiri. Barangkali ada makanan kecil yang tersimpan di dalam lemari es. Atau sebuah pujian kecil kepada diri sendiri bahwa engkau telah melakukan sesuatu yang bermanfaat. Reward ini menambah sisi positif dalam bersikap sekaligus membiasakan diri bersikap positif.

Ketika tulisan telah ada dan memberikan reward untuk diri sendiri. Maka insomnia secara perlahan telah terobati.  Tinggal membiasakan diri untuk setiap malam menulis. Alangkah indahnya kalau membangikan pengalaman anda kepada orang lain. Karena hidup berbagai pengalaman mendatangkan banyak kebaikan.

***
Mau Sembuh dari Insomnia? Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Senin, Oktober 24, 2011

Motivasi vs Teknik Menulis

oleh: Muhammad Yunus
Kasus pertama:

Seorang teman bertanya bagaimana kok tulisan kamu bisa sebanyak sekarang ini? dan tulisannya bermanfaat. Ajarin saya menulis donk biar juga seperti kamu. Kemudian beberapa bulan bertemu kembali dengan tugas yang diberikan tulislah sebuah topik tentang "rokok". Perhatikanlah seputar rokok, penikmat rokok, unsur rokok dan bahaya merokok. Atau barang kali melihat bagaimana dan siapa merokok dan tuliskanlah sebagai pembelajaran untuk menulis. Namun apa yang terjadi sampai pertemuan selanjutnya tiada satupun tulisan tentang rokok lahir dari goresannya.

Kasus kedua:

Untuk tugas besok setiap mahasiswa membuat tulisan lepas bebentuk feature dengan jumlah halama maksimal 4 lembar. Tugas di kumpulkan dengan syarat telah di publish di blog pribadi dan juga blog sosial www.kompasiana.com, Maka seminggu kemudian yang hanya megerjakan tidak sampai 50%. Kemudian pada pertemuan selanjutnya tugas serupa di lanjutkan oleh sang Dosen. Maka terdapat ketidaksiapan beberapa mahasiswa yang disampaikan lewat diskusi kecil diatara mereka. Berbagai alasan lahir bahwa dosen ini menambah pekerjaan mahasiswa.

Kasus ketiga:

Hampir semua apa yang terlintas dalam pikirannya baik pelajaran yang ia dapat dari berbagai sumber. Apakah dosen, guru sahabat atau anak jalanan. Atau peristiwa yang menarik perhatiannya ketika ia berada di tempat kejadian. Atau cerita yang ia dengar dari teman atau orang lain. Maka ia menuliskan apa yang terlintas dalam pikiran si blog pribadinya. Perlahan dan pasti lewat komitmen terus menulis maka ia telah memiliki teknik menulis sendiri.

Belajar dari tiga kasus diatas tentang seseorang mempunyai keinginan untuk menulis. Kasus pertama berangkat untuk bisa menulis didorong atau dimotavasi untuk menulis disebabkan oleh rasa penasaran, iri yang positif. Namun rasa penasaran dan iri positif tidak diikuti oleh kemauan untuk menulis hal yang sederhana setiap hari. Dengan kemauan yang tidak terlaksana setiap hari atau tidak ada action maka kemampuan teknik menulisnya tidak berkembang dan bahkan mati. 

Sedangkan untuk kasus kedua. Motivasi menulis karena keterpaksaan oleh sistem. Keterpaksanaan menulis dimtivasi oleh ketakutan tidak mendapatkan nilai bagus pada mata kuliah yang diberikan dosen bersangkutan. Motivasi menulis berdasarkan ketakutan mengakibatkan kemampuan dan teknik menulis tidak  berkembang bagus. Ketika mata kuliah tersebut telah selesai pada semester yang berjalan, maka motivasi menulis akan redup dan hilang ditelan kebiasaan.

Untuk kasus ketiga. Motivasi ini lahir dari dalam diri. Keinginan untuk melawan lupa tentang peristiwa. Motivasi ini dalam menulis memberikan perbedaan dasar dan utama bagi penulis pemula maupun profesional. Motivasi yang diikuti oleh action mampu memberikan hasil yang berbeda dan juga tingkat kepuasan berbeda.

Motivasi menulis di tinjau dari teri motivasi Abraham Maslow memberikan warna tersendiri dalam seni dan teknik menulis. Dalam hierarki tertinggi motivasi Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Motivasi ini menggerakkan seseorang untuk terus menulis sebagai bentuk pengungkapan diri positif. Motivasi ini masuk dalam kategori ingin berbagi, bermanfaat dan saling memberi. 

Sedangkan menulis dalam hierarki motivasi Maslow dibawahnya adalah kasih sayang. Motivasi menulis bersumber dari kecintaan akan pekerjaan, kecintaan akan suatu objek atau karena desakan orang yang disayangi. Motivasi menulis karena cinta akan memberikan semangat yang kuat untuk mengupas apa yang menjadi objek cinta dalam tulis menulis. Seorang yang jatuh cinta tentang tulis menulis maka ia akan menulis tentang dunia tulis menulis. Seseorang yang cinta tentang profesinya maka ia akan menulis tentang seputar pekerjaannya.

Untuk menjadikan menulis adalah sebuah kesenangan bukan diawali oleh kemampuan teknik menulis yang bagus dan sempurna. Namun menjadi menulis sebuah kebahagian diawali oleh motivasi mencintai dan ingin berbagi dan bermanfaat bagi sesama.
Sudahkah anda menulis hari ini?

Catatan ini sebagai hadiah tulisan yang ke 501 di blog tercinta selama 3 tahun berlalu.

***

Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Senin, Oktober 10, 2011

Komitmen Menulis

Pagi ini kembali jari jemari menari diatas kanvas keyboar laptop hp. Memang telah lama tidak bertemu dengan kanvas laptop hp yang mesti masuk bengkel. Dalam menulis ada beberapa kondisi yang sangat menentukan untuk terus dan mampu menulis.

Sebagian penulis pemula mengalami gangguan pada hal teknis operasional dalam menulis. Alasan-alasan tidak ada komputer, tidak ada laptop dan juga koneksi internet menjadi alasan pembenaran untuk tidak menulis. Kendala ini bagian dari hambatan luar dalam menulis. Namun hambatan sebenarnya ada dalam diri seorang penulis.

Hambatan dalam menulis dalam diri terdiri dari:
  1. Menulis itu pekerjaan berat, susah. Persepsi ini sering menjadi penghambat utama untuk menulis bagi penulis pemula. Pesepsi ini telah melembaga karena hampir setiap aktivitas menulis di mulai oleh sebuah ancaman, ketika tidak megerjakan Pekerjaan Rumah Tangga maka kita mendapatkan marah dari orang tua dan guru. 
  2. Menulis itu pekerjaan orang berwawasan. Persepsi ini berawal dari pemikiran bahwa diri hanya orang yang miskin pengetahuan. Namun setiap orang memiliki wawasan dan pengetahuan dari setiap aktivitas kehidupan yang ia lakukan. Ketika kita membaca hasil dialog seseorang yang ditulis oleh wartawan? Apa yang disampaikan oleh nara sumber adalah pengetahuan dan wawasan sang nara sumber. 
  3. Menulis itu tidak mengahasilkan. Beberapa orang yang telah mencoba menulis dan mengirimkan ke beberapa media untuk dapat dimuat. dan ternyata tidak dimuat memberikan dampak kepada komitmen untuk menulis.
Kemudian bagaimanakah untuk dapat menulis dan terus menulis. Jawabannya hanya satu yakni komitmen untuk terus menulis. Pertanyaan lebih lanjut bagaimana kita berkomitmen untuk terus menulis? Semoga  metode yang sering saya gunakan ini bermanfaat.
  1. Selalu membawa kertas dan pulpen. ketika ada lintasan ide untuk menulis maka hal pertama dilakukan adalah menuliskannya secara garis besar.Kadang kala hanya judul saja dibantu dengan beberapa kata kunci.
  2. Kemudian terkadang membuat sebuah peta pikiran (mind mapping) untuk sebuah tulisan yang membutuhkan kerangka berfikir lebih sistematis.
  3. Memberikan hadiah untuk diri sendiri ketika telah menyelesaikan sebuah tulisan walau hanya sederhana beberapa paragraf saja. Standar komitmen menulis adalah 5 paragraf untuk sebuah tulisan.
  4. Menulis dengan pekerjaan tangan dan bukan mulut. Jangan mengeluarkan suara dari mulut kita ketika menulis, namun biarkan saja jari jemari menari mengetik atau menulis di kertas apa yang ada di lintasan pemikiran kita. Tiada kata interupsi untuk terus menulis biarkan ia mengalir dan terus mengalir.
  5. Menulis di pagi hari. Kebiasaan ini saya dapati setelah mencoba beberapa waktu untuk menulis. Namun pagi adalah waktu terbaik untuk menulis. Maka coba temukan waktu Anda untuk terus menulis.
Dan tips terakhir untuk berkomitmen menulis adalah niat untuk terus belajar dan menjadi murid pertama dari apa yang kita tulis. Semoga bermanfaat.

***
Ingin uang berkomitmen mendatangi Anda? Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Selasa, Mei 24, 2011

10 Jari Bercerita

Menulis adalah pekerjaan tangan. Andria Harefa memberikan sebuah model bahwa menulis bukanlah pekerjaan mata, telinga atau mulut, namun ia adalah pekerjaan tangan. Tangan dengan 10 jari memiliki sumber daya besar. Sumberdaya ini memiliki banyak peran dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

10 jari dari tangan mengerjakan pekerjaan mulia, dengan memberi uang kepada mereka yang membutuhkan. Membubuhka tanda tangan untuk pencairan dana bagi kemanusiaan. Memencet angka-angka di mesin ATM yang akan ditransfer untuk membantu saudara lainnya.

Namun tidak bisa dilepaskan juga bahwa 10 jari juga mengerjakan pekerjaan mulia dalam bidang domestik. Jari tangan kiri memiliki pekerjaan untuk melakukan cleaning servis. Sedangkan jari tangan kanan membantu peran tangan kiri. Ketika mandi, buang air besar, kecil pekerjaan mulia di bidang domestik para jari jemari dengan profesionalitas menuntaskan pekerjaan tanpa ada interupsi.

Terbayang apa yang akan terjadi ketika jari jemari tidak mengerjakaan secara profesional dan asal-asalan. Maka pemilik tubuh akan merasakan ketidaknyamanan untuk beraktivitas.

10 jari juga dengan senang hati mengerjakan berbagai pekerjaan biasa. 10 jari denan senang hati menyuapkan makanan ke dalam mulut, walau mereka tidak merasakan bagaimana nikmatnya makanan. Menghantarkan minuman yang ia tidak mengetahui rasanya.

Namun terkadang 10 jari enggan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Mengerjakan pekerjaan negatif, membuat sebuah tanda tangan palsu. Mengirimkan uang untuk keperluan durhaka kepada sang pencipta. Menuduh dan menunjuk orang lain untuk meremehkan.

Ibu jari dengan kesabarannya, tetap menjadi penyeimbang bagi aktivitas keseluruhan anggota keluarga jari. masing-masing akan saling menopang dan membantu untuk mensukseskan pekerjaan sang pemilik tubuh.

10 jari membutuhkan sebuah penghargaan. Memberikan pekerjaan mulia, yakni menulis. 10 jari dengan senang hati mereka akan menari diatas kertas, keyboard untuk menuliskan sebuah ilmu yang bermanfaat. jari manis akan mengeluarkan pesona kecantikannya untuk menyemangati jari telunjuk dan si tengah untuk terus menari dan menari diatas huruf keyboard.

10 jari membutuhkan nutrisi dan makanan yang lezat. Makanan yang menjadikan meraka mampu mengerjakan pekerjaan mulia yakni menulis. Makanan itu adalah memyentuh buku, catatan, tulisan demi tulisan. Membutuhkan nutrisi berupa mengenal berbagai bentuk pustaka. Karena dengan itu 10 jari akan berbahagia dan membahagian Anda.

Mari saatnya kita memuliakan 10 jari kita dengan menulis setiap pagi di kala pekerjaan lain belum menanti, karena di waktu pagi 10 jari telah melakukan pekerjaan domestik yakni cleaning servis.

Salam sang pemenang pembelajar

Kamis, Mei 12, 2011

Transformasi budaya menulis dalam budaya akademik

1. Latar Belakang
Perguruan tinggi adalah bagian tidak terpisahkan dalam kerangka menciptakan kecerdasan berbangsa dan bernegara. Perguruan tinggi dengan tri dharma perguruan tinggi yakni Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian masyarakat. Menjadi kekuatan untuk melahirkan alumni-alumni yang memiliki kompetensi atau skill, sikap dan pengetahuan yang mampu bermanfaat dalam dunia kerja maupun masyarakat banyak. Tujuan dan arah pendidikan Tinggi di Indonesia seperti yang tertuang pada Bab II pasal 2. Keputusan Menteri Pendidikan No.232/U/2000 adalah menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya kasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian, serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan dan memperkaya kebudayaan nasional. Perguruan tinggi sebegai sebuah organisasi menciptakan dan memiliki budaya tersendiri dan khas.
Budaya merupakan istilah deskriptif sebagai system yang dianut bersama atau penciptaan nilai yang disepakati bersama menetapkan tapal batas. Budaya perguruan tinggi memiliki perbedaan dengan budaya organisasi perusahaan yang memiliki orientasi penciptaan laba. Salah satu nilau utama dari budaya akademik adalah budaya menulis. Budaya menulis (lectary) berbeda dengan budaya bicara (oral). Budaya menulis dalam ruang lingkup perguruan tinggi menghasilkan produk berupa jurnal, skripsi, makalah. Namun bukan kualitas produk ini mengalami stagnasi yang menjadi rutinitas kehilangan makna. Banyak karya ilmiah menjadi kuburan dalam makam bernama perpustakaan. Dibutuhkan sebuah transformasi budaya menulis untuk mendorong lahirnya karya ilmiah yang bisa membumi yang bermanfaat bagi stakeholder perguruan tinggi.
Mencermati budaya menulis dalam lingkungan perguruan tinggi dengan ini penulis tertarik untuk menelaah tentang bagaimana melakukan transformasi budaya menulis dalam budaya akademik. 2. Defenis budaya Budaya Perguruan tinggi dengan core aktivitas dalam intelektual melahirkan budaya akademik. Budaya adalah ”the complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society” (sekumpulan pengetahuan, keyakinan,seni, moral, hukum, adat, kapabilitas, dan kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu) . Sedangkan Budaya menurut Djoyodiguno yang di kutip oleh Notowidagdo adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa . Perguruan tinggi sebagai sebuah produk penciptaan budaya memiliki pengetahuan yang menjadi landasan dalam aktivitas akademik, hukum-hukum sebagai aturan bagi pimpinan, dosen dan karyawan.
Budaya yang tercipta di perguruan tinggi memiliki perbedaan antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya. Faktor internal meliputi tentang kurikulum, tenaga pengajar, visi dari pemimpin. Sedangkan pembentuk budaya secara ekternal adalah perubahan dalam bidang pendidikan, ekonomi, social dan politik.
2.1 Budaya menulis
Menulis adalah tingkatan terakhir dalam keahlian manusia dalam bidang aksara. Pertama adalah mendengar, berbicara dan terakhir adalah menulis. Menulis adalah kegiatan mental dalam menciptakan ide dan gagasan yang mempunyai nilai dan manfaat. Budaya menulis merupakan nilai utama budaya akademik. Dimana terdapat aktivitas budaya akademik lain yang menjadikan nilai utama sebuah perguruan tinggi. Sebuah fakta sebagaimana disampaikan oleh Prof. Ir. Amrinsyah Nasution M.E.S.E.,Ph.D bahwa budaya menulis kalangan dosen di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan dosen di luar negeri. Dari 1.200 dosen yang ada di Institut Teknologi Bandung (ITB), hanya sekitar 400 orang atau 30% yang mempunyai kemampuan menulis. Salah satu kelemahan budaya menulis kalangan dosen di Indonesia, yakni para dosen Indonesia kurang memiliki kemampuan dalam menuangkan buah pikiran melalui sarana pendidikan Di kalangan intelektual, seperti para akademisi Perguruan Tinggi, gagasan lebih sering disampaikan secara lisan melalui seminar atau diskusi, yang seringkali tidak disertai dengan bahan tulisan. Membuat karya tulis ilmiah masih merupakan pekerjaan yang dipandang berat bagi sebagian orang, termasuk para mahasiswa dan dosen Perguruan Tinggi.
2.2 Budaya akademik
Budaya akademik berarti apa yang dipelajari oleh mahasiswa selama periode waktu tertentu dari Universitas, Fakultas atau Jurusannya. Pengembangan budaya akademik ini didasarkan atas dua tantangan yang selalu dihadapi oleh pendidikan tinggi dalam penyelenggaraan pendidikannya yaitu tantangan yang bersifat internal dan eksternal .
Budaya menulis dalam ruang lingkup budaya akademik perguruan tinggi berkaian dengan aktivitas-akativitas seluruh stakeholder perguruan tinggi, yakni dosen sebagai staf pengajar, guru besar, mahasiswa sebagai pelajar yang siap mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan terakhir adalah karyawan sebagai penunjang dari kegiatan perguruan tinggi. Melihat budaya menulis diperguruan tinggi dapat diukur dengan beberapa variable yang saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya menulis dalam budaya akademik dipengaruhi oleh berbagai variabel utama
a. Budaya membaca,
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa bangsa Indonesia berada jauh di bawah jepang, amerika dan inggris tingkat membaca buku. Taufik Ismail pernah menyampaikan sebuah kalimat yang menggambarkan kegeliasauan beliau tentang budaya membaca bangsa Indonesia, khusus pelajar, mahasiswa, dosen dengan istilah Bangsa rabun membaca dan buta menulis. Hal ini bisa dilihat secara kasat mata dalam lingkungan kampus jarang dilihat mahasiswa, atau dosen melakukan membaca buku, berdiskusi tentang suatu topik. Namun lebih banyak melakukan aktivitas berkumpul untuk bercirita dan mengobrol.
b. Metode pengajaran
Proses belajar mengajar antara dosen dengan mahasiswa merupakan factor utama yang mempengaruhi budaya menulis di perguruan tinggi. Metode pembelajaran dosen lebih banyak menekankan kepada penyampaian ceramah tentang mata kuliah, sedangkan mahasiswa adalah pendengar ceramah dari apa yang disampaikan oleh dosen. Untuk beberapa mata kuliah efektif untuk menjelaskan beberapa mata kuliah, namun tidak efektif untuk beberapa mata kuliah dan program studi. Beban mahasiswa untuk menulis dari satu mata kuliah dengan mengikuti kaidah ilmiah jarang ada.
c. Sistem Penghargaan
Setelah budaya membaca dan metode pengajaran sebagai variabel utama mempengaruhi budaya akademik. Maka system penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas prestasi dari dunia tulis menulis tidak ada. Keberadaan jurnal internal kampus kehilangan penulis yang diisi oleh para staf pengajar. Koran kampus hanya terbit sekali setahun dan aktivitas lainnya. Sistem penghargaan memberikan daya dorong untuk dosen, karyawan dan mahasiswa untuk melahirkan ide, pikiran dalam bentuk tulis menulis. Sistem penghargaan memberikan dampak kuat bagi motivasi. Mengacu pada hiriearki kebutuhan maslow salah satunya adalah penghargaan atas hasil kerja. Begitu juga dengan menciptakan budaya menulis dalam lingkungan akademik.
d. Perpustakaan
Perpustakaan sebagai tempat pemeliharaan ilmu pengetahuan yang terdiri dari berbagai buku dan jurnal memberikan pilar keempat variabel budaya menulis. Kesan perpustakaan angker, kusam dan tidak terawat turut memberikan andil untuk pengunjung enggan datang. Ketersediaan literature terbaru dan kemudahan untuk mengakses yang ditandai dengan system pelayanan perpustakaan ikut andil untuk menciptakan budaya menulis dalam kalangan akademik Perguruan Tinggi.
3. Transformasi budaya Memulai
sebuah transformasi atau perubahan memulai dari tujuan akhir Tujuan akhir adalah sebuah bentuk pencapaian terstruktur dan sistematis dari transformasi yang meliputi berbagai aspek organisasi, SDM, Managemen, Gaya kepemimpinan. Keberhasilan organisasi pendidikan dibutuhkan core value and concepts yang dapat mendorong untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Suatu organisasi memiliki 10 komponen yang harus dipenuhi untuk melakukan transformasi budaya
3.1 Visionary leadership (visi kepemimpinan)
Perguruan tinggi harus memiliki pemimpin yang memiliki visi untuk menyiapkan arah organisasi dan menempatkan nilai maupun strategi yang dapat dijadikan pedoman bagi semua kegiatan. Memberi motivasi dan inspirasi untuk mendorong keterlibatan semua bagian dalam rangka mensukseskan tugas, dan pemimpin harus dapat menjamin agar proses berjalan baik. Faktor kepemimpinan perguruan tinggi memberikan kekuatan dan daya dorong. Dalam hal ini kepemimpinan sebuah tindakan kolektivitas unsur pimpinan. Kepemimpinan tidak pernah merupakan tindakan perseorangan. Kepemimpinan selalu merupakan kegiatan social, atau kelompok yang melibatkan orang-orang lain untuk melakukan hal-hal yang tepat .
3.2 Academic-driven quality (pengendalian kualitas akademik)
Kualitas adalah hal yang penting bagi sebuah perguruan tinggi untuk dilirik oleh mahasiswa, dosen dan karyawan yang memiliki kualitas terbaik untuk berkontribusi. Dalam transformasi budaya menulis hasil penulisan dari dosen, mahasiswa dan karyawan harus memiliki kualitas unggul yakni memiliki nilai lebih dari perguruan tinggi lainnya. Untuk mendapatkan kualitas akademik dalam bidang menulis dibutuhkan kontribusi tentang menetapkan standar mutu, proses pengendalian, umpan balik sebagai bentuk evaluasi. Menetapkan standar mutu memberikan jaminan kualitas secara keseluruhan aspek-aspek pengelolaan perguruan tinggi.
3.3 Innovation focus (memfokuskan pada inovasi/penemuan baru)
Memfokuskan pikiran pada upaya menjadi budaya menulis terdepan dengan dimensi baru dan berkemampuan tinggi, dan membuat agar melakukan inovasi dijadikan sebagai bagian dari budaya dan falsafah organisasi. Inovasi lahir dari sebuah ruang kebebasan dan dukungan untuk menciptakan hal-hal baru, penemuan baru yang didukung dari visi kepemimpinan perguruan tinggi. Inovasi memberikan sesuatu hal yang baru dalam proses transformasi. Inovasi mampu melahirkan standar baru yang membedakan dengan standar lama sebelum transforamasi budaya dilakukan. Dalam bidang dunia penulisan lahir inovasi tentang melahirkan karya, model atau penemuan baru dalam bidang akademik yang menjadi trend setter terbaru. Perguruan tinggi Jepang menjadikan inovasi sebagai trend setter untuk melahirkan ilmuan baru yang ditopang oleh budaya menulis yang inovatif dan sistematis.
3.4 Organizational and personal learning (belajar secara organisasi dan perorangan)
Pelaku dari perguruan Tinggi harus selalu belajar secara terus menerus mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, serta menanamkan semangat belajar orang perorang sebagai investasi. Pembelajaran organisasi didukung oleh pembelajaran secara individu. Pembelajaran secara individu didukung dengan ketersediaan ruang untuk berkerjasama sekaligus berkompetisi dalam organisasi perguruan tinggi. Dalam budaya menulis tercipta kerjasama sekaligus kompetisi bagi dosen, karyawan dan mahasiswa untuk terus belajar, melakukan riset yang menghasilkan karya-karya tulisan aplikasi bagi stakeholder perguruan tinggi.
4.5 Valuing people and partners (menghargai anggota dan rekan dari lembaga) Perguruan tinggi memiliki komitmen untuk selalu memberikan kepuasan kepada dosen, karyawan dan mahasiswa dalam mengembangkan dan memaksimalkan kemampuan budaya menulis. Selain memperhatikan kualitas tulisan, namun juga system kesejahteraan atas hasil tulisan dari dosen, mahasiswa dan karyawan. Sistem penghargaan meliputi factor instrinsik dan ekstrinsik bagi budaya menulis. Budaya saling menghargai menciptakan kenyamanan bagi anggota untuk melahirkan karya tulisan. Terjadi sebuah daya dorong secara ekstrinsik berupa penghargaan yang tersistem dan terstruktur dari pihak pimpinan.
4.6 Agility (Ketangkasan) Menciptakan ketangkasan dalam transformasi budaya menuslid dalam budaya akademik membutuhkan ketangkasan dari dosen, karyawan dan mahasiswa. Ketangkasan ini berupa kemampuan untuk menghasilkan karya tulisan. Ketangkasan ini tercipta dari pelatihan terstruktur, system penghargaan yang mendukung. Ketangkasan dari pelaku budaya akdemik mampu dan terampil dalam merespon segala hal yang harus dipenuhi maupun merespon tuntunan perubahan.
4.7 Knowledge-driven system (pengetahuan untuk mengendalikan sistem)
Perguruan tinggi harus mampu menggunakan secara efektif dan maksimal data, informasi dan pengetahuan dosen, karyawan dan mahasiswa untuk menguatkan budaya menulis untuk menunjuang budaya akademik unggul. Perguruan tinggi sebagai institusi berbasis pengetahuan bergerak atas ilmu pengetahuan yang dapat menghasilkan karya tulisan terbaik yang memiliki manfaat dalam proses belajar mengajar. Pengetahuan menjadi penggerak utama dari dosen, karyawan dan mahasiswa yang ditopang system penghargaan. Ketika pengetahuan tidak menjadi penggerak untuk melakukan transformasi akan tercipta konflik yang pada akhirnya merusak proses transformasi budaya menulis.
4.8 Society responsibility (Tanggung Jawab terhadap masyarakat sekitar)
Menciptakan hubungan baik dengan masyarakat sekitar kampus dengan menghasilkan karya yang bisa membantu memperbaiki kualias masyarakat. Dalam melakukan transformasi budaya perguruan tinggi ikut menyertakan masyarakat sebagai laboratorium perubahan. Masyarakat sebagai wadah mewujudkan kebermanfaatan dari hasil budaya kampus. Kampus tidak menjadi menara gading melahirkan praktisi yang tidak bisa bermanfaat bagi masyarakat. Melakukan perubahan budaya dalam bidang akademik berakar dari kebutuhan masyarakat dengan program pengabdian masyarakat yang termasuk dalam tridarma perguruan tinggi.
4.9 Result orientation (berorientasi pada hasil)
Memfokuskan pada hasil tulisan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan memonitor proses penciptaan tulisan. Melakukan perubahan budaya menulis menekan pada hasil yang dapat dicapai berupa output tulisan. Bentuk output tersebut adalah buku, jurnal, esai hasil dari kajian tersistem dan terstruktur. Sedangkan dalam bentuk lain munculnya hasil riset yang mampu disebar lewat berbagai media online dan offline. Orientasi pada hasil dengan komitmen pimpinan perguruan tinggi menghadirkan gerakan bersama dari dosen dengan menghasilkan tulisan jurnal yang mampu menembus jurnal internasional. Tulisan mahasiswa yang mampu berprestasi pada pekan ilmiah mahasiswa yang rutin dilakukan setiap tahun. Berorientasi pada hasil menumbuhkan kompetisi sehat dan banyak metode untuk mencapai hal hasil yang diinginkan.
4.10 System perspective (perspektif sistem)
Yaitu menyetarakan antara budaya menulis dan struktur dengan tujuan perguruan tinggi yang dibantu oleh keputusan dan kebijakan dari tingkat pimpinan perguruan tinggi. Dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menjaga kualitas budaya menulis dalam budaya akademik, ke depan menetapkan ‘standar mutu’ untuk mengukur kualitas dari budaya menulis dalam budaya kademik. Pencapaian peningkatan mutu dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan mulai dari perencanaan/desain sampai pada pemeliharaan budaya menulis yang telah dicanangkan. Pencapaian mutu tulisan yang diinginkan ini memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota kampus, yang dimulai dari pimpinan, karyawan, dosen dan mahasiswa. Tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak suatu perguruan tinggi. Terciptanya tulisan berkualitas dari dosen, karyawan dan mahasiswa adalah indicator suksesnya secara system dalam transformasi budaya organisasi.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Proses transformasi budaya menulis dalam budaya akademik melahirkan banyak manfaat bagi dosen, karyawan dan mahasiswa serta masyarakat. Namun disatu sisi juga memiliki hambatan dan kendala untuk mewujudkan transformasi budaya menulis. Proses transforamasi bukan sebuah proses dalam waktu cepat, namun membutuhkan proses yang panjang dan berkelanjutan. Komitmen dari pihak pimpinan perguruan tinggi adalah kunci utama melakukan transformasi budaya menulis untuk menciptakan perguruan tinggi unggul dan berprestasi. Sebagai wujud dari proses transformasi yang didukung oleh pemimpin dapat dilaksanakan beberapa kegiatan bernama “Penghargaan Akademik” dengan ketentuan:
1. Mengakomodir seluruh civitas akademika, dosen, mahasiswa, karyawan
2. Kegiatan tahunan yang disandingkan dengan kegiatan wisuda setiap tahun.
3. Mempersiapkan infrasuktur secara manajemen dan juga sumberdaya manusia yang dapat inklut dalam satu divisi atau masuk dalam divisi SDM.
4. Pelatihan dan media publikasi bagi civitas akademika.
Catatan kaki
Brown, Andrew. 1998. Organizational Culture. Harlow. Pearson Education Limited.
Drs. H. Rohiman Notowidagdo, Ilmu budaya dasar berdasarkan Alquran dan hadits. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1997.
http://akatelsp.ac.id/2009/01/09/akatel/rendah-budaya-menulis-dosen-indonesia/diakses pada 6/5/2011 Supriadi, dalam makalah Khairudin Kurniawan.
Membangun budaya akademik perguruan tinggi Tjipto Atmoko, drs,SU. Makalah disampaikan pada Disampaikan pada acara ‘studium general’ mahasiswa baruProgram Ekstensi FISIP UNPAD, 6 September 2005
Stephen R. Covey, The 8th habit, melampaui efektivitas menggapai keagungan, gramedia pustaka utama, copyright 2005, cet 3 2008
James o’toole, Leadership A to Z a guide for the appropriately ambitious panduan berambisi secara positif, alih bahasa neneng natalina. Editor nurcahyo mahanani, Jakarta erlangga 2003 hal. 10
Daftar pustaka
James o’toole, Leadership A to Z a guide for the appropriately ambitious panduan berambisi secara positif, alih bahasa neneng natalina. Editor nurcahyo mahanani, Jakarta erlangga 2003 hal. 10.
Stephen R. Covey, The 8th habit, melampaui efektivitas menggapai keagungan, gramedia pustaka utama, copyright 2005, cet 3 2008
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Belajar Mahasiswa
Brown, Andrew. 1998. Organizational Culture. Harlow. Pearson Education Limited.
Drs. H. Rohiman Notowidagdo, Ilmu budaya dasar berdasarkan Alquran dan hadits. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1997.
Prof. Ir. Amrinsyah Nasution M.E.S.E.,Ph.D, http://akatelsp.ac.id/2009/01/09/akatel/rendah-budaya-menulis-dosen-indonesia/diakses pada 6/5/2011 Supriadi, dalam makalah Khairudin Kurniawan. Membangun budaya akademik perguruan tinggi
Tjipto Atmoko, drs,SU. Makalah disampaikan pada Disampaikan pada acara ‘studium general’ mahasiswa baruProgram Ekstensi FISIP UNPAD, 6 September 2005

Lain padang lain ilalang

Pepatah yang menjadi judul diatas diambil dari pepatah ranah minang yang mempunyai arti. Berlainan tempat maka jenis ilalangnya akan berbeda. Begitu juga dengan menulis. Kebiasaan menulis dikompasiana dengan menulis dijurnal memiliki padang penulisan tersendiri dan memiliki kaidah-kaidah tersendiri.
Menulis di blogsosial memiliki model penulisan featur lepas dan tidak banyak mengkikuti kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Berbagai lompatan ide keluar dengan kata-kata yang khas sesuai dengan gaya racikan penulis itu sendiri. Berbeda dengan penulisan ilmiah. Inilah yang saya alami menulis ilmiah untuk keperluan jurnal kampus Magister Ekonomi Syariah Universitas Azzahra.
Ada beberapa tahapan untuk mendapatkan sebuah tulisan berkualitas ilmiah untuk mutu tulisan. Semoga setelah tulisan tersebut selesai insya Allah di publish di kompasiana.
1. Melakukan pemetaan judul tulisan ilmiah. Hal ini bermanfaat untuk tersambung dengan yang akan ditulis. Menulis ilmiah sebaiknya berangkat dari dasar pendidikan di perguruan tinggi. Seperti ekonomi, maka tulisan tentang ekonomi lebih mudah.
2. Meriset tentang judul tulisan ilmiah yang akan ditulis. Hal berguna untuk mengetahui tentang tulisan-tulisan ilmiah sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan dengan studi lewat mbah google dan miss yahoo, atau melakukan studi di perpustakaan.
3. Meresume riset sebelumnya. Manfaat ini adalah untuk memberikan panduan untuk melahirkan tulisakan kita jauh dari budaya salin abis atau copy paste. Budaya salin abis adalah ketidakjujuran intelektual yang merusak integritas intelektual.
4. Menulis kerangka tulisan. Menulis kerangka memberikan peta dasar untuk penyelesaian tulisan. Hal ini berguna bagi kefocusan tulisan dan tidak mengambang kemana-mana.
5. Membaca literatur. Membaca berbagai artikel dan juga buku-buku yang berhubungan dengan kata kunci dari tulisan ilmiah. Hal ini berguna untuk mendukung tulisan, landasan teori dan kualitas bahasan.
6. Penyelarasan akhir. Hal berupa pengeditan, penambahan dan perbaikan tulisan baik berupa isi, tata letak, kaidah penulisan.
7. Deadline. Buatlah deadline atau batas waktu untuk penyelesaian tulisan. Hal ini bisa dipermudah dengan membuat tahapan-tahapan penulisan.
8. Berbahagialah dan bersyukur telah melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk sesama. Menyelesaikan pekerjaan memberikan sebuah kebahagian mencapai sesuatu yang berarti bagi diri sendiri. Disamping memberikan manfaat bagi orang lain.
Menulis ilmiah adalah sebuah pertanda sehatnya perguruan tinggi dengan melakukan upaya menciptakan kualitas tenaga pengajar, karyawan dan mahasiswa. Ketika budaya menulis telah menjadi bagian dari budaya akademik maka kampus telah memulai sebuah pencapaian pemaksimalan tridarma perguruan tinggi yakni pendidikan dan penelitian.
Tulisan ini sebagai penghangat suasana menulis tulisan ilmiah di Magister Ekonomi Syariah Universitas Azzahra.
Semoga tulisan ini sebagai penghangat untuk tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal kampus Universitas Azzahra. Sebagai tambahan judul tulisan ilmiah yang sedang digarab adalah “transformasi budaya menulis dalam budaya akademik”, selamat menunggu. terima kasih

Sabtu, Maret 19, 2011

Paceklik ide menulisa

Terkadang seperti cuaca di Indonesia ada masa hujan dan juga kemarau. Hal ini juga berlaku dalam tulis menulis, dimana terdapat musim tulisan lagi berbuah banyak, baik dari pribadi maupun kelompok. Banyaknya tulisan juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik. Pengaruh media arus utama turut mempengaruhi dinamika tulisan. Namun seiring berlalunya moment sosial politik yang hot, menjadikan tulisan satu persatu gugur dengan bergugurnya para penulis.

Memang amat mengesalkan ketika berada dalam paceklik ide menulis. Seakan seperti sawah yang membutuhkan air untuk sedikit membasahi agar tanaman padi bisa tetap tumbuh. Dalam satu minggu ini tidak ada tulisan mendarat di Kompasiana maupun di blog. Namun ketika kekesalan itu datang ada dua pilihan. Pertama apakah akan tetap berada dalam kekesalan atau kedua. Menjadikan kekesalan sebagai bahan tulisan.

Menulis dengan makanan utama adalah membaca, dengan lauk pauknya adalah analisa dan sedangkan air minumnya adalah diskusi. Dan nikmatnya menulis kalau berada di rumah makan padang atau kafe yang menghadirkan rasa berbeda kala makan di warteg atau kedai kecil tepi rel. Sebuah tulisan lahir dari kemampuan untuk menikmati suasana dan juga makanan yang tersedia.

Menulis ketika paceklik ide memberikan rasa berbeda dan kenikmatan tertentu. Untuk beberapa yang telah mendarah daging paceklik ide adalah nutrisi untuk menulis. Namun bagi pemula ini adalah moment ujian apakah akan tetap menulis atau malah berhenti menulis untuk selamanya.

Kemudian bagaimana mesti keluar dari paceklik menulis. Ada beberapa tips untuk dapat bertahan di kemarau ide menulis.

Pertama. Milikilah sebuah serial tulisan. Hal ini menjadikan musim kemaru menulis mempunyai stok tulisan. Tulisan ini adalah stok dari serial tulisan tentang dunia tulis menulis dan aneka ragam aksesoris dunia tulis menulis.

Kedua. Membaca kembali tulisan terdahulu. Manfaat membaca ulang tulisan terdahulu adalah melihat kembali beberapa tulisan yang terkadang butuh tambahan catatan, atau penambahan prespektif. Disisi lain manfaat membaca ulang beberapa tulisan yakni membuat sebuah kombinasi tulisan dari sisi yang berbeda.

Ketiga. Mengurai emosi dengan mendatangi tempat-tempat indah dalam hidup. Dengan mendatangi tempat-tempat ini menjadikan banyak kenangan untuk ditulis ulang. Tulisan ini lahir dari tempat kenangan salah satu dari Rumah Cinta. Tempat ini berada di Jorong Bingkudu Nagari Canduang Koto Laweh Kec. Canduang Kab. Agam Sumatera Barat dan berada di Dada Gunung Merapi. Kenangan indah ini bernama “Nagari Di atas Bawah”.

Racikan Bumbu menulis

Dunia menyusun aksara dan merangkai kata membius banyak kalangan, dari pekerja dalam dunia aksara dan informasi yakni wartawan, dari orang biasa yang sekarang disebut jurnalis masyarakat mampu menekuni menyusun akasara dan merangkai kata.

Ada karya indah bernama puisi, dengan kata yang padat berisi dan seksi. Ada karya ilmiah bernama paper, skripsi, tesis dan jurnal dengan kata yang membuat kepala padat dalam mencerna. Ada karya inspiratif bernama cerita, pengalaman dengan kata mengalir indah seperti air sungai yang mengalir. Ada karya sampah dengan kata yang tidak memenuhi etika dan standar moral dan berbagai label karya yang hadir dari menyusun aksara dan merangkai kata.

Bagi pemula akan melalui sebuah goncangan kala memulai menyusun aksara dan merangkai kata. Ia berbeda dengan mengumbar kata demi kata yang keluar dari lidah berumah gigi kuat sebagai singgasana. Namun masih ada celah para penulis berkata. Susunlah aksara dan rangkailah kata seperti berbicara. Goncangan ini memberikan sensasi berupa, rasa percaya diri belum mampu menghasilkan rangkaian aksara indah menari gemulai. Rasa takut karena belum mau di komentari, dikritisi kala merangkai kata laksana ombak besar yang selalu datang menghampiri pasir. Rasa senang masih mau menikmati hasil racikan bumbu angka dan aksara dengan tertawa sendiri atau sering menghasilkan hujan lokal di bukit pipi.

Itu semua berlalu ketika dua dan tiga langkah berikutnya telah tegap berdiri dan akan berlari, seperti anak kecil belajar berjalan dan ia tidak takut untuk berlari. Terkadang mesti kaki dilumuri obat pembunuh kuman dan sepotong perban. Namun ia tetap akan berdiri dan berlari, ada kesenangan, kebahagian, kepuasan apalagi di semangi oleh orang tersayang yang selalu memberi cinta kasih tiada bertepi.

Menulis seperti membuat sebuah bumbu masakan. Mencampur berbagai jenis tumbuhan, ada aroma pedas, wangi, lengit dan pahit. Mengulek dan mencampur kemudian mesti dipanasi baru menjadi sebuah masakan enak tersaji di lidah yang selalu tidak menolak kala di beri. Menulis mempunyai resep yang diramu dari berbagai bumbu-bumbu yang berasal dari olahan dapur sendiri dan dibagi-bagi untuk coba di cicipi semoga lidah tidak mendustai.

Merasakan, Meresapi, Melihat, Mendengar

Merangkai aksara dan menyusun kata memiliki bumbu rasa. Dimana ia akan memberikan rasa, mulai dari pahit, manis, asin, sepet, pahit, kelat. Merasakan ada sesuatu yang terasa apakah itu pahit kala di caci maki, manis kala dipuji, kelat kala di khianati, sepet kala dibelakangi, kelat kala dipreteli. Merangkai aksara mesti merasakan berbagai hal yang terjadi. Dari merasakan lahirlah tulisan tentang resep makanan dan minuman sehat, mewah dan unik.

Berbagai kejadian terbentang lewat saluran informasi. Ada berita yang membuat derai air mata karena sedih dan empati. Ada tawa dan karena berita humor dan bahagia. Ada berita yang melahirkan kemarahan kala melihat kejanggalan perilaku pemimpin. Meresapi seperti air yang mengalir di punggung bukit membentuk kanal-kanal kecil.

Merasakan dan meresapi di bantu oleh kemampuan melihat dan mendengar maka lahirlah tulisan sayur asam. Kala mendengar lebih banyak dari pada melihat ia kekurangan garam. Kelebihan melihat dari pada mendengar maka ia kelebihan garam.

Elaborasi.

Rangkaian aksara dan susunan kata adalah hasil elaborasi yang lahir dari guncangan emosi, ledakan pemikiran dan dorongan nurani. Disinilah bagaimana masakan tulisan lewat bumbu-bumbu mampu mengurai air mata siapapun seperti air terjun setelah hujan. Disinilah lahir ledakan pemikiran baru menggerakkan orang untuk berbuat sesuatu sampai dengan memberikan uang dalam saku dan bank yang masih dalam deposito. Disinilah tulisan menjadikan seseorang menciptakan sejarah dan membelokkan sejarah kala racikan masakan tulisan mendorong nuraninya berkata.

Narasikan.

Mengalirlah sebagai mana air mengalir, dari mata air di pengunungan mengalir diantara sela-sela dedaunan kering. Kemudian membentuk kanal-kanal kecil berserta beberapa ekor ikan kecil yang terus berkejaran menuju hilir. Dengan terus mengalir terkadang mesti jatuh ke dalam juram tinggi dan menghasilkan cekukan dan pemandangan indah bernama air terjun. Memang mendebarkan mesti jatuh dari tempat ketinggian dan menghempas di bebatuan cadas, namun tidak menyusahkan malah menjadi keasyikan menciptakan pelangi kala diterpa sinar mentari pagi dan sore hari. Tetap dan terus mengalir menuju perkampungan bertemu dengan aneka sampah dan kotoran dari hasil sisa kehidupan manusia kurang pengajaran dari iman yang bertanda menjaga kebersihan. Dilautan bertemu saudara berbeda suku, namun tetap berpadu walau tidak bersatu.

Urutkan.

Ada yang mampu memberikan urutan seperti abjat A sampai Z, atau mengurutkan melahirkan teka teki yang sulit terjawab. Berbagai kejadian yang dirangkum dalam kalimat membutuhkan sebuah urutan peristiwa. Inilah kekuatan reportase kejadian. Ketika salah urutkan maka keseleo jadi pilihan dan sakit di bawa berjalan di sela-sela mata yang mulai lelah terpejam karena melotot komputer seharian nangkring di kompasiana kesayangan.

Lihat dari sisi berbeda.

Jangan lihat jeleknya bentuk lengkuas kala masih berbaju tanah. Namun lihatlah aroma tercipta kala ia berendam dalam air santan kelapa. Melihat dari sisi berbeda akan suatu peritiwa memberikan kekayaan tersendiri dari sudut pandang yang acap kali dan mesti berbeda. Siapa mampu melihat dari banyak sisi berbeda maka ia mampu membuat banyak kata dengan tanpa mau orang jeda membaca apa saja yang tertera. Karena ia membuka sisi berbeda dari sebuah peristiwa.

Imbuhkan sesuatu pernyataan.

Imbuhan ini yang menambah enaknya masakan kata dengan daun salam banyak guna dan manfaat yang masih dicari para peneliti utama. Pernyataan ini dapat di berikan di awal kala menulis aksara dari tokoh idola atau penggalan kata yang sesuai dengan tema masakan kata berbumbu aksara. Atau menjadi menu penutup sebelum pergi menutup kata-kata.

Sematkanlah sedikit bumbu rahasia.

Disinilah bagian sedikit yang kita punya dan orang lain berhak tahu sedikit pula. Maaf ini rahasia dapur kita.

Liriklah masakan tetanga

dengan racikan bumbu aksara yang melahirkan masakan berbeda. Tidak ada salahnya melirik tanpa mesti bertanya. Atau mungkin dengan sedikit cara, pujilah masakannya maka bumbunya akan terasa, atau kritiklah maka semua akan tahu bagaimana mengalah masakan dari berbagai bumbu kata. Dan terbaik adalah cantumkan resep dari tetangga menguatkan kenikmatan masakan dari bumbu kata-kata sendiri maka sang tetanga akan sengan hati, percayalah.

Amati sekali lagi

Sudahkah kita mencicipi sedikit dari rasa masakan kata dan bubu aksara. Barangkali masih terasa kurang garam dari melihat berita atau kelebihan garam mendegar informasi yang tidak terpuji. Karena kala telah terhidang di hadapan pembaca maka ia menjadi berita, informasi dan juga tambahan bumbu masakan kata-kata yang dihidangkan kembali. Apalagi penikmat warga kompasiana.

Hadiah

Berilah hadiah kepada diri sendiri kala telah selesai meracik bumbu aksara menjadi masakan kata-kata yang menjadikan orang tersenyum bahagia. Atau hadikanlah kepada orang yang mencintai dan menyanyangi dengan sepenuh hati.

Semoga racikan dari masakan aksara ini menjadikan makanan yang selalu digemari dan juga enak dinikmati, mana tahu telah dikibuli dengan narasi dan aroma ungkapan menggugah perut lapar karena nasi belum menghampiri menyapa lambung yang terus berteriak, namun mata tak mau berhenti mempelototi tulisan ini. Terima kasih

Rabu, Januari 12, 2011

Menulislah Anda akan kaya

Judul diatas adalah bentuk provokasi bagi siapapun yang ingin masuk dunia merangkai aksara. Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya menulislah anda akan bahagia. Menulis adalah aktivitas kesenangan dan bentuk menggapai kebahagian.

Dari selembar kertas putih menciptakan banyak kreasi dan inovasi. Mulai dari tulisan indah bernama puisi, pantun, pepatah. Tulisan berbentuk informasi, bernama koran, majalah. Tulisan berbentuk karya utuh berupa buku, artikel, skripsi, tesis dan desertasi.

Menulis sebagai kegiatan menyatukan prespektif, pemikiran, cara pandang yang satu sama lainnya terkadang saling bertentangan. Dengan menulislah banyak hal yang sebelumnya bertentangan dapat menyatu dan haromoni, namun tidak sedikit juga yang mulanya harmoni malah menjadi bermusuhan dan terukir menjadi abadi lewat tulisan.

Menarik apa yang pernah saya dengar dan juga anda barangkali, apa yang didapat dari dunia merangkai aksara. “Tidak kenyang perut anda dibuatnya”. Inilah beberapa pernyataan yang pernah saya dapatkan ketika asik dalam dunia merangkai aksara yang saya persiapkan untuk beberapa naskah buku terutama “Menjadi Sang Pemenang Pembelajar” dan “The Islamic Casflow Quadrant” serta “1/2 + 1/2 =tak terhingga, dialetika 1001 cinta” sebagai hadiah pernikahan nanti. Dan beberapa kumpulan tulisan hikmah di www.facebook.com/sang.pemenang.pembelajar.

Namun bagi saya menyusun kata adalah sebuah kekayaan yang melampaui sepiring nasi yang mampu mengenyangkan perut sekali makan, bahkan bisa mengenyangkan banyak orang yang menderita kelaparan.

Menulis adalah rangkaian proses mendapatkan kekayaan sekaligus kebahagian. Proses ini ditopong dengan kekayaan yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun kala ia tidak meninggalkan rekam jejak karya tulisan. Ali bin Abi Thalib menyampaikan bahwa ilmu akan menjaga orang yang berilmu, sedangkan kekayaan harta benda menjadikan orang tawanannya.

Bagaimana kita mengenal Tan Malaka dengan karyanya tulisannya Madilog, Gerpoleg, dari penjara ke penjara, kalau ia tidak mempunyai kekayaan bernama pemikiran. Bagaimana kita mengenal Buya HAMKA dengan Tafsir Al Azhar yang diselesaikan dalam penjara, kalau ia tidak mempunyai kekayaan dalam bidang ilmu keagamaan dan sastra. Bagaimana kita mengenal Mohammad Hatta kalau ia tidak mempunyai kekayaan dalam bidang pemikiran ekonomi kerakyatan. Bagaimana kita tidak mengenal Hitler, Samuel Hantington, Jefri Lang, Hasan Al Bana, Dr. Yusuf Qardhawi, dan sederet nama-nama lainnya yang hadir tetap hidup dalam karya-karya mereka.

Kekayaan yang didatangkan oleh kemampuan merangkai aksara;

Kekayaan ilmu dan hikmah.

Inilah kekayaan yang datang dari sebagai efek pasti dari merangkai aksara. Menulis menjadikan seseorang mampu dan mau untuk terus belajar sepanjang hayat. Kekayaan ilmulah seseorang berada dalam status sosial yang lebih baik. Lewat menulis bisa mengenali diri dan mempunyai ilmu tentang diri sendiri. Lewat menulislah bisa mendapatkan hikmah yang banyak.

Inilah kekayaan yang belum didapatkan oleh yang mempunyai kekayaan materi semata.

Kekayaan Jiwa dan hati.

Berbagai pembelajaran hadir untuk menjadikan jiwa yang kuat lewat rangkaian aksara. Menulis membentuk jiwa kaya dengan berbagai pembelajaran, informasi dari rangkaian peristiwa demi peristiwa yang pernah terjadi. Menulis menjadikan hati lebih peka dan sensitif tentang berbagai hal. Menjadikan diri lebih mampu menghargai kehidupan, keberagaman dan penerimaan.

Penulis mampu menampung banyak permasalahan untuk dapat di urai menjadi sebuah solusi dan juga pedoman. Kemampuan ini ditopang oleh kekayaan jiwa dan hati yang tidak banyak dimiliki oleh para pejabat tinggi yang telah miskin jiwa dan hati karena tidak mampu mengenali diri lewat tulisan.

Kekayaan kebaikan yang kekal

Menulis adalah investasi abadi. Hal ini berlandaskan kepada Hadist Nabi Muhammad Saw tentang tiga amal yang tidak putus ketika seseorang telah meninggal. Menulis adalah bagian dari memberikan ilmu yang bermanfaat. Ia lebih kekal dari pada sebuah ucapan.

Ketika belum mempunyai kekayaan harta dan materi, dan juga anak yang soleh maka peluang terbesar adalah menuliskan ilmu yang bermanfaat. Inilah peluang terbaik yang tidak membutuhkan banyak pengorbanan, namun membutuhkan kemauan yang menggelora.

Kekayaan jaringan dan pertemanan

Menulis menciptakan jaringan dan pertemanan baru yang lebih baik. Lewat tulisanlah orang lain mengenal Anda. Berapa banyak pertemenan baik itu di kompasiana, facebook, twitter, blog yang terhubung lewat aneka tulisan. Lewat tulisanlah kita dikenal oleh berbagai kalangan dan profesi. Lewat tulisanlah kita di kenal di saentero bumi.

Pengalaman saya pribadi belum banyak bertemu secara langsung dengan banyak orang. Namun lewat rangkaian tulisanlah bertemu banyak pemikiran dan mendapatkan jaringan. Dengan banyak jaringan dan pertemanan rezki itu datang tanpa henti.

Kekayaan materi

Tidak dapat disangkal bahwa dalam dunia tulis menulis mendatangkan kekayaan materi. Lewat buku mendapatkan royalti. Lewat pelatihan mendapatkan honorium. Lewat memberikan motivasi mendapatkan gaji yang terkadang melampaui gaji Pegawai Negri. Lewat tulisanlah berbagai bisnis tumbuh berkembang, dunia pendidikan, penelitian terlahir dari karya tulis menulis.

Menulislah maka kekayaan itu akan datang sendirinya. Sudahkah Anda menulis hari ini?

Rabu, November 17, 2010

Membaca memerdekakan diri

Sore yang telah menampakkan wajahnya. Matahari telah mulai enggan untuk menyinari bumi yang telah melahirkan banyak kisah dalam kehidupan. Kisah yang menyejarah bagi orang awam, pejabat, wakil rayat, pejuang martabat orang, penjual martabat orang yang bernama kita, anda dan saya. Berlipat-lipat koran memberitakan. Susul menyusul berita mempertontonkan akan aneka kejadian dari hal bencana, derita, karya prestasi dan juga sedikit kebanggaan anak nerti.

Masing masing membawa oleh-oleh diakhir kehidupan yang memenatkan bernama senang, bahagia, gembira, ria atau sedih, duka, kecewa, ajeg dan percampuran rasa. Inilah kehidupan yang selalu hadir dengan dinamika, ada yang masih bisa tertawa diatas kepedihan dan sedikit yang sedih diatas ketawa kebodohan membaca hamparan pembelajaran yang datang setiap saat. Seakan buta dan tidak melihat hamparan pembelajaran.

Telah banyak daya dorong untuk melakukan pembelajaran dengan membaca. Dimulai dari dorong paling indah bernama firman Allah Swt (Q.S Al’alaq 1-5). Ia menjadi perlambang pembelajaran dengan melakukan pembacaan tentang apa yang tecipta. Membaca yang dimulai dari apa yang ada dalam diri kemudian menjurus kepada apa yang ada di bumi.

Kemudian dalam pepatah lebih konkrit disampaikan dalam tutur orang Minangkabau “alam takambang manjadi guru”. Bagaimana alam bergejolak, bergerak memperlihatkan bahwa ia ada menjadi guru untuk dibaca dan ditelaah menciptakan kemerdekaan dari belenggu ketidaktahuan dan keabaian.

Berbagai fenomena kehidupan, bencana yang datang silih berganti menghampiri, kehancuran moral dan perilaku yang seakan tidak berhenti seperti ombak berlabuh kepantai. Seperti kasuh Gayus Tambunan, kriminalisasi KPK, Korupsi beberapa kepala daerah. Pertikaian masyarakat seperti di Tarakan, poso, sambas dan sederet pertistiwa yang semoga kita tidak amnesia dan terkena penyakit alzhaimer tentang dasar pembelajaran.

Membutuhkan sebuah lompatan besar untuk tidak terbelenggu dalam membaca apalagi terpenjara. Membaca untuk memerdekaan namun malah terjerembab dalam membelenggu nurani kemanusian, menumpulkan akal budi, membunuh sikap empati dan mengkebiri kedewasaan bersikap dan tidak memanusiakan manusia.
Lompatan ini mengacu pada rangkaian proses yang terus menerus tanpa henti, kecuali kematian. Ketika kematian datang ia akan menjadi pembelajaran untuk generasi mendatang.

Lahirnya para inspirator ummat manusia, para nabi dan rasul yang dibimbing dengan wahyu dan kemampuan membaca realitas dimana para nabi dan rasul di tugaskan. Muhammad Saw ditakdirkan lahir dalam dinamika kehidupan masyarakat kota, masyarakat berperadaban dengan syair-syair indah namun buruk dalam moral. Kejahatan kemanusiaan bernama perbudakan dan penistaan peran perempuan dalam beberapa lini kehidupan. Dengan sebuah lompatan besar membaca yang memerdekakan di topang oleh wahyu dimulai dengan Iqra mampu menghantarkan peradaban yang mencegangkan.

Para pemimpin besar dunia hadir dengan melakukan membaca memerdekakan diri. Membaca langgam kehidupan yang mampu menggerakkan orang lain untuk merdeka dan berjuang untuk memerdekaan orang lain dari belenggu kerusakan dan kehancuran.

Mahatma Ghandi, Dalai Lama, Nelson Mandela, Malcom X, Soekarno, Hatta, Syahril, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara, yang hadir memerdekakan diri lewat membaca lingkungan dimana mereka terlahir dan besar disana. Namun didalam membaca memerdekaan diri tidak sedikit yang menjadi lawan mereka membaca yang membelenggu. Telah banyak catatan sejarah perlawanan perjuangan mereka dari orang dekat, teman, kolega dan masyrakat yang bukan buta membaca.

Beberapa tahapan membaca yang melahirkan lompatan besar dan memerdekakan diri.

Pertama, membaca dengan hati nurani. Kepekaan akan realitas-realitas yang saling berkaitan dan berkulindan satu sama lain. Pertanyaan demi pertanyaan yang tidak hanya melihat apa yang nampak di permukaan semata, namun menukik kedalam dan mendasar. Mencari jawaban dengan mengaktifkan hati untuk menemukan jawaban akan persoalan, permasalahan yang terus melilit kehidupan. Adakah hati membaca ada permasalahan besar yang dihadapi yang merusak kemanusiaan, menghancurkan generasi.

Kedua, membaca dengan akal budi. Penalaran-penalaran yang sistematis dan terstruktur, lewat rangkaian dialektika logika. Tidak hanya sekedar membaca sepintas lalu yang lewat seperti iklan. Membaca dengan bertanya dengan kembali bertanya apakah hal ini menjadi penyebab utama persoalan-persoalan selalu datang ketika satu solusi telah ditemui. Bukan seperti jawaban membakar lumbung padi untuk memusnahkan tikus yang memakan padi.

Ketika, membaca dengan dorongan empati. Tidak berpegaruh apa-apa ketika angka-angka kematian, pengungsi, kehancuran ekonomi dari perilaku korupsi. Malah menjadi tumpul dan terbutakan oleh deratan angka dan aksara. Membaca yang menggerakkan rasa bahwa kita ada dan berada untuk berbuat sesuatu bermanfaat. Bukan membaca yang hanya merating dan mengkalkulasikan angka-angka.

Keempat, membaca dengan berbuat. Mahatma ghandi melakukan gerakan swadesi dengan menanggalkan pakaian kemewahan. Malcom X melakukan orasi dan memimpin gerakan besar dalam menyuarakan kesetaraan. Soekarno melakukan pembelaan dengan membuat pledoi ketika disidang pada pengadilan Belanda. Lewat rangkain perbuatan membaca hidup dan memerdekakan.

Membaca tidak hanya sekedar untuk melihat susunan aksara, namun menjadi sebuah kemedekaan jiwa supaya kita tidak Rabun Membaca, Buta Menulis, Budak Kebodohan dan Pesuruh Keterjajahan. Semoga bermanfaat.

Tulisan gagal, nutri penulis

Telah banyak kata bertali temali mencipta kalimat, paragraf dan buku. Ia lahir dari pergumulan pemikiran, emosi dan juga ruh sang penulis. Sebuah tulisan yang telah lahir selalu memberi sesuatu yang berbeda bagi penulis dan juga pembacanya. Rasa itu memiliki efek berantai, ada yang kecanduan untuk terus berkarya, namun tidak sedikit yang mesti berpuasa menulis untuk beberapa lama. Namun ketika ia masih bisa mendengar aksara yang diucapkan, melihat deretan huruf di sepanjang penglihatan maka ia akan kembali.

Menulis mengikuti suratan takdir kehidupan. Seperti kita berjalan dan mampu berlari kencang, dimana kita sering jatuh bangun. Tidak sedikit perban untuk menutup luka, teriakan histeris bunda dan juga sedikit omelan sebagai nasehat untuk berhati-hati. Dalam pelatihan berjalan dan berlari selalu ada orang yang memotivasi, menggerakkan, menatah dan mendo’akan supaya bisa berjalan. Tata tata tata, kalimat itulah yang sering meluncur untuk memotivasi bisa berjalan dan berlari. Begitu juga dalam dunia tulis menulis ia akan terbiasa berjalan meluncurkan rangkaian kata dan berlari menjemput kalimat.

Dari beberapa penelusuran pada catatan pribadi, baik pada buku waktu sekolah SD, kala masih di penjara suci/pesantren, waktu kuliah dan tulisan mengikuti berbagai lomba. Ada sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Kenapa? Dalam berbagai catatan ada coretan-coretan yang tidak tersampaikan pada sebuah penggalan bermanfaat. Ya itulah tulisan gagal untuk di publikasikan dan dibaca oleh orang lain. Dalam dunia web 2.0 tulisan dapat dipublikasikan di berbagai media, seperti blog, note di facebook, dan web pribadi. Barangkali lihatlah ketika kita pertama kali memposting tulisan, disana ada rasa kok tulisan saya begini ya?. Memang ada satu penyesalan yang menggugah untuk berbuat lebih baik.

Kemudian langkah apa yang mesti dilakukan melihat tulisan gagal agar menjadi nutrisi yang mampu menggenjot kembali gairah menulis? semoga beberapa tips ini bisa bermanfaat untuk menulis menciptakan kebahagiaan.

Pertama. Masuklah dalam kondisi emosi ketika itu. Hal ini membantu untuk menguatkan daya ingat dalam memahami aspek emosi. Disana ada rasa kecewa, sedih, jengkel, senang. Kondisi ini memberikan kesadaran emosional yang mampu menerima realitas kejadian tersebut. Ketika hal ini terwujud maka telah memasuki kedewasaan dan kematangan emosi.

Kedua. Melihat dari sisi berbeda. Kala tulisan yang tidak jadi atau dinyatakan gagal. Lihatlah dari cara berbeda, jika ketika itu masih berstatus pelajar yang membuat susahnya matematika dan bahasa inggris, maka dapat dituliskan bagaimana bisa mencintai pelajaran matematika dan bahasa inggris. Hal ini menjadikan tulisan gagal menutrisi penulis. Apalagi ini sangat bermanfaat ketika lagi kemarau ide untuk menulis.

Ketiga. Menambahkan beberapa informasi terkait tentang tulisan gagal tersebut. Seperti sebuah baju yang belum di beri aksesoris untuk terlihat lebih baik yang di sulam dari beberapa potongan kain perca yang nampak tidak bermanfaat. Barangkali bisa menjadi sebuha tulisan dengan merangkai menjadi “tulisan-tulisan gagal dan manfaatnya” atau “mengolah emosi ketika tulisan gagal sesuai niatan”

Dalam beberapa perbincangan dengan teman-teman, sering yang menjadikan seseorang merasa tulisan gagal adalah pada masa kompetisi. Ketika telah mencurahkan segala sesuatunya untuk melahirkan sebuah tulisan, ternyata tidak mendapatkan apa-apa, bahkan tulisan tersebut tidak dikembalikan oleh panitia.

Mengolah kegagalan dan merubahnya menjadi kesuksesan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam dunia penulis.

Pertama, menata ulang motivasi menulis. Pertanyaan ini bertumpu pada untuk apa saya menulis? Tulislah dari awal menulis dan apa yang didapat baik secara emosi, spiritual, material. Hal ini berguna untuk melihat kebelakang dengan kaca spion jika dianalogikan membawa mobil atau motor. Ketika telah menemukan motivasi awal maka kita akan menata ulang motivasi menulis yang lebih mampu menggugah dan melesatkan tulisan.

Kedua, milikilah komunitas penulis. Hidup bukan untuk dinikmati sendiri dan bersembunyi. Kita dibesarkan pada awalnya dalam komunitas keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan kemudian berkembang menjadi keluarga besar dan komunitas lainnya. Ibarat pepatah, serigala tidak akan memakan domba, kecuali yang tercecer dari kawanan domba.

Ketiga, mempunyai teladan menulis. Hal ini membantu untuk melakukan pembelajaran bagaimana menulis. Telah banyak penulis-penulis hebat lahir dan meninggalkan jejak langkah mereka. Pilihlah beberapa orang guru dalam bidang menulis sebagai tutorial lewat tulisan mereka.

Keempat, milikilah kompetitor dan kritikus. Ketika ada kompetitor kita akan memiliki adrenalin lebih untuk terus memperbaiki tulisan-tulisan lewat perlombaan mendaratkan tulisan. Kompetitor adalah orang paling baik dalam memaksa kita memperbaiki tulisan. Seperti peperangan abadi antra coca cola dengan pepsi.

Kelima, milikilah media yang sehat untuk berkembang. Pemilihan ini sama dengan memilih tetangga untuk dapat saling membantu satu sama lain. Media yang baik ibarat udara yang bersih untuk dapat menyehatkan tubuh yang sakit. Media ibarat udara atau asupan gizi penyeimbang dan penambah nafsu untuk menulis lebih sehat. Dan pilihan menulis di Kompasiana adalah media sehat untuk terus tumbuh menjadi sehat dalam dunia literasi.

Semoga bermanfaat, tulisan singkat yang berawal dari membaca kembali beberapa tulisan di buku dan kertas yang berserakan yang masih berbentuk peta pikiran, gambar dan simbol. Mari menutrisi tulisan dengan membuka lembaran tulisan gagal.

Tags: nutrisi menulis, motivasi menulis, menulis

Minggu, November 14, 2010

Menulislah Anda akan bahagia

Lembaran itu masih putih tanpa garis pembatas kanan, kiri, atas dan bawah. Ia hadir bernama bawaan Document1, begitulah ia selalu hadir kala membuka document baru. Namun sebagian telah berganti nama, seperti kata orang minang “ketek banamo, gadang bagala”. Ketika ia kecil bernama Document1 dan setelah besar dengan tambahan catatan dari Anda sebagai penulis maka ia menjadi bagala yang menjadi berbagai macam nama, seperti judul tulisan kali ini, Menulislah Anda akan bahagia.

Menulis adalah kegiatan penyatuan berbagai prespektif dan keilmuan. Ketika menulis seorang Penulis menghadirkan berbagai lintasan pemikiran, adukan emosi yang bergerak antara marah, sedih, kecewa, senang, bahagia, dorongan jiwa yang bergelora untuk mendapatkan kepuasan bathin.

Lintasan pemikiran yang terus bergerak dari berbagai persoalan yang lahir menjadi ide, pemikiran terkadang akan hilang seiring datangnya respon baru dalam pikiran. Teramat sering ketika ada ide dan pemikiran dan tidak dituliskan ia menguap seperti air mendidih dan sulit untuk di tangkap. Hal ini telah pernah diingatkan oleh sahabat nabi Ali bin Abi Thalib “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Dalam berbagai kesempatan ide itu datang begitu saja ketika sedang rileks atau membaca. Pengalaman pribadi hal ini sering mengasyikkan kalau dituliskan secepatnya, namun jika tidak maka ia pergi tanpa mau kembali. Untuk mengatasi hal ini sering menggunakan catatan kecil di lembar kertas kecil atau dalam sms. Namun terkadang malah di kertas terbuang.
Ketika tulisan berawal dari sebuah ide, maka ia membutuhkan penjabaran yang berhubungan dengan ide. Jabaran ini di dapat dari berbagai macam informasi terkait. Hal ini seperti sel otak kita yang mempunyai hubungan-hubungan satu sama lain yang terus berkomunikasi untuk memanggil penggalan informasi yang pernah tersimpan. Cara kerja ini yang sering digunakan menulis dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) yang ditemukan oleh Tony Buzan.

Pemikiran yang dituliskan akan mendatangkan sebuah kepuasaan hal ini seperti apa yang disampaikan Dr. Tawfik A. Al-Kusayer bahwa salah satu aspek membuat orang bahagia adalah akal yang mendorong seseorang untuk merenung dan berfikir. Dari beberapa pemikiranlah kita mendaptkan banyak kemudahan dan kebahagiaan.

Kemudian dalam menulis juga membutuhkan sebuah sentuhan emosi, ada kisah yang mampu menguras air mata pembacanya dengan kisah sedih yang memilikan. Membuat seseorang tertawa lepas dengan anekdot yang dituliskan. Membuat seseorang merasa mendapatkan inspirasi dari sebuah tulisan.

Dalam menulis letupan emosi adalah bahan bakar kedua setelah ada ide dan pemikiran. Namun bagi sebahagian ada yang membutuhkan dorongan emosi. Kemampuan meramu emosi berwujud dalam kata-kata yang di tambah dengan ide dan pemikiran menjadikan tulisan mampu menyentuh sisi emosional pembaca.

Ketika kita membaca sebuah tulisan tentang sebuah pencapaian prestasi anak Indonesia yang mendapat penghargaan maka kita akan merasa senang, karena ia bagian dari generasi terbaik bangsa Indonesia.

Disamping lutupan emosi menulis membutuhkan ruh atau jiwa. Tidak sedikit yang akan kecewa dan tidak mau lagi menulis ketika menulis menjadi sebuah motivasi untuk mendapatkan penghargaan berupa juara menulis artikel. Atau berhenti menulis ketika ada orang yang memberikan tanggapan yang tidak sesuai yang diinginkan. Ada beberapa tahapan untuk mendapatkan ruh dalam menulis. Hal ini berangkat dari niat awal menulis. Pertanyaan awal untuk menulis adalah untuk apa saya menulis? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang jujur dari diri sendiri. Tulislah jawaban-jawaban tersebut untuk pertama sekali tanpa harus di edit. Setalah kita menuliskan jawaban maka kita akan mendapatkan poin-poin utama kenapa kita menulis. Poin-poin inilah yang menjadikan bagian tidak terpisahkan dari tujuan untuk apa kita hidup.

4 Tips untuk menjadikan menulis adalah aktivitas membahagiakan

Pertama. Buatlah afirmasi sebelum menulis, seperti, Senangnya hatiku dengan menuliskan apa yang ada dalam pikiranku. Atau “Menulis adalah kesenangan yang tak tergantikan’ dan berbagai bentuk afirmasi lainnya sesuai dengan bahasa yang enak dan renyah.

Kedua. Buatlah simbol-simbol yang membuat Anda happy, seperti smile dengan warna kesukaan Anda. Hal ini bermanfaat untuk menjaga mood menulis dan menyelesaikan tulisan.

Ketiga. Putarlah musik kesukaan Anda. Hal ini membantu dalam mengurangi gangguan suara yang menghilangkan focus dalam menulis. Beberapa saran untuk dapat masuk dalam kondisi Alpha putarlah lagu Mozart, Bethoven, Yanny dan Kitaro.

Keempat. Tulislah semuanya dahulu, baru kemudian edit. Terkadang rasa kesal, bosan atau tidak tahu apa yang akan ditulis datang menghampiri Anda. Maka tulislah rasa bosan itu datang untuk menyelesaikan tulisan ini, dan kok madeg ya menuliskan ide dikepala.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan menambah kebahagian Anda. Tulisan ini lahir dari kemandegan menyelesaikan bab dari buku Sang Pemenang Pembelajar dan mempersiapkan slide mengisi Pelatihan Kepemimpinan Siswa di Pesantren AlHira di Air Hangat Kab. Tanah Datar Sumatera Barat 20 November 2010.

Rabu, November 10, 2010

Menulis di Kompasiana kenapa tidak?

Mengenal kompasiana adalah sebuah anugrah. Sebagai media sosial tempat saling berbagi dan media berkomunikasi memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh media blogging lainnya. Banyak yang sebelumnya telah memiliki blog sendiri seperti di worldpress, blogger, multiply. Atau yang memiliki halaman sendiri sebagai media untuk mempublikasikan tulisan.

Kompasiana memberikan lima hal kunci keistimewaan  bagi kompasianer untuk selalu terhubung dan berbagi. Dari dua hal tersebut menjadikan silaturahmi yang terus  terhubungan berkelanjutan. Hal ini tidak dimiliki secara keseluruhan oleh penyedia media sosiol lainnya dalam pergaulan dunia maya.
Kunci pertama adalah sebagai media untuk Menulis. Kompasiana memberikan ruang untuk kompasianer untuk menuliskan berbagai hal. Meliputi peristiwa yang terjadi pada kompasianer atau hasil dari pengamatan lapangan langsung yang disebut dengan reportase. Kejadian meletesnya gunung merapi, stunami di Mentawai menjadi bahan untuk berbagi bagi rekan-rekan kompasianer yang berada di sekitar gunung merapi dan stunami mentawai.

Kompasiana sebagai tempat mempublikasikan tulisan yang berhubungan dengan pengalaman penulis yang dilatarbelakangi oleh pendidikan, keahlian, pengalaman beragam. Dari pengalaman beragam mencitpkan kekayaan pembahasan tentang sesuatu. Kita ingat kasus pernyataan Marzuki Ali tentang bencana stunami Mentawai yang mengundang para kompasianer menuliskan kritikan, saran, dan juga harapan bagi pemimpin negeri ini.

Kemudahan dalam menulis di kompasiana semudah menulis di blog atau note facebook. Sebuah tulisan dapat ditambahkan gambar pendukung dan juga memasukkan link terkaid dengan tulisan.

Keistimewaan kompasiana adalah memberikan ruang bagi penulis kompasianer  untuk menjadi Headlines. Ada sebuah kompetisi sehat bagi anggota kompasiana untuk terus mengasah ilmu dan seni menulis. Disamping headlines terdapat rublik highlights bagi tulisan kompasianer yang bermutu dan tidak masuk dalam kriteria headlines. Inilah ruang kedua yang menjadikan sebuah tulisan kompasianer untuk dapat dibaca oleh banyak pengunjung. Kemudian terdapat ruang terakhir untuk publikasi tulisan hasil karya menulis kompasianer berupa tulisan terbaru yang akan terpajang selama tulisan terbaru belum masuk.

Kunci kedua adalah sebagai media Membaca. Kampasiana dengan anggota yang telah mencapai 47.000 kompasianer dan aktif sebanyak 30%. Sumber Admin kompasiana. Dengan jumlah metode penampilan tulisan headlines, highlights, tulisan terbaru, terpopuler, tertinggi, terbanyak, penulis tamu, dan blog jurnalis sekaligus dengan topikpilihan menjadikan pengunjung membaca tulisan-tulisan dari berbagai jendela yang tersedia. Dengan membaca menjadikan kompasianer mempunyai banyak bahan pendukung untuk menulis sebuah tulisan. Memperkaya prespektif tulisan, menguatkan fakta dan memberikan kedalaman tulisan.

Sebuah tulisan bagus dan mempunyai citarasa indah membutuhkan kemampuan untuk membaca berbagai literatur dan berbagai tulisan. Tidak ada tulisan terlahir dari sebuah kemampuan membaca rendah apalagi tidak membaca sama sekali. Dengan tersedianya bahan bacaan baik dari tulisan kompasianer atau dari kompas.com, google.com, yahoo.com, wikipedia.com, menjadikan kegiatan membaca menyenangkan disebabkan ketersediaan bahan bacaan mudah di dapat dan cepat.

Ketiga, kunci istimewa kompasiana adalah media analisa peristiwa. Penulis sering membaca beberapa tulisan-tulisan terdahulu dari beberapa kompasianer yang terkait dengan tulisan yang akan dipublish. Dengan membaca beberapa tulisan memberikan sebuah kerangka analisa dimanakah kita akan menempatkan tulisan, mengatur ritme tulisan dan sekaligus sasaran tulisan.

Sebuah tulisan memiliki sebuah alur yang lahir dari ilmu dan seni penulis merangkai aksara mengikuti kekuatan analisa penulis. Tulisan akan garing tanpa ada sebuah alat analisa. Ia akan menjadi sampah informasi yang membutuhkan sebuah daur ulang untuk menjadi berharga kembali.

Keempat, kunci keistimewaan kompasiana adalah tempat mengomentari tulisan. Setiap tulisan terbuka ruang untuk di komentari oleh pembaca. Sebuah tulisan ketika dikomentari menandakan sebuah apresiasi pembaca. Terdapat beberapa komentar yang terkadang memanaskan kuping, menyalut emosi dan membuat sebuah kejengkelan bagi penulis. Namun dibalik itu semua adalah bentuk penghargaan bahwa tulisan yang di publish diapresiasi oleh pembaca. Terkadang terasa sedih apabila tidak ada yang memberikan komentar atau memberikan nilai kala tulisan telah dipublish. Ada sebuah aturan tersendiri besangkutan dengan mengomentari tulisan. Pertama, berilah komentar sesuai dengan topik tulisan. 

Kedua, berilah penilaian objektif untuk tulisan yang dikomentari. Ketiga, berilah nilai untuk tulisan sesuai dengan kualitas tulisan. Keempat, komentari beberapa tulisan untuk mendapatkan komentar balasan.
Kelima, kunci keistimewaan kompasiana adalah terhubungnya kompasianer dengan kompasianer lainnya dalam jaringan pertemanan. Keterhubungan ini memberikan pemberitahuan bahwa teman telah mempubliskan tulisan terbaru.

Semoga dengan perubahan kompasiana dalam rangka ulang tahun ke-2 menjadikan rumah ini semakin sehat dan menyehatkan bangsa kita yang tersakiti oleh virus penyakit dari beberapa elit bangsa yang tidak terbiasa berkomentar santun dan cerdas.
Salam kompasiana.