Duar bunyi senapan angin menghantam perutku yang sedikit membesar. Maklum baru siap makan. Paman ku bernama Firdaus, dalam kesahariankami memanggil Pak Daus. Ia berkata “paruik ang balubang” diulangi beberapa kali. Akupun terpaku ketakutan dan di dera kecemasan luar biasa. Seorang anak kecil yang belum mengetahui bagaimana perut sebenarnya bolong. Dengan tangan sambil memegang perut. Aku pun berlari melewati pematang sawah yang menuju sumur. Karna di
Hidup adalah menjemput kenyataan kita dimasa depan berbagi & bersinergi dalam ridha Allah Swt.
Kamis, Agustus 21, 2008
Perutku bolong
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar